Cukup lama juga aku nggak menjenguk blog-ku, kesibukan selama liburan kemarin seperti tak memberi kesempatan untukku sekedar untuk menuliskan beberapa baris kata, atau mengungkapkan bebarapa kalimat yang melukiskan kerinduanku untuk menulis. Meski aku bukan seorang penulis, tapi aneh aku sering merasa rindu untuk menulis. Tetapi seringkali tidak bisa menuangkannya dalam bentuk kata-kata.
Yang aku ingat dari kecil aku bukanlah seorang anak yang gemar menulis tetapi aku lebih suka membaca cerita2 fiksi. Ketika aku masih duduk di bangku sekolah dasar aku hanya suka membaca buku-buku cerita ringan dari buku perpustakaan sekolah. Setiap hari sabtu bila tiba jadwal untuk meminjam buku, aku pasti sudah menunggu di depan perpustakaan sekolah untuk memilih katalog buku-buku yang aku inginkan. Waktu itu aku paling suka membaca cerita fiksi. Dan yang tak bisa aku lupakan aku dulu pernah punya pengarang favorit yaitu: Adam Saleh. Beliau banyak menulis tentang cerita2 dongeng yang waktu itu sangat populer, yaitu Cinderella, Putri Salju, Raja Kurcaci, Kucing bersepatu laras dan masih banyak lagiyang lain yang karena keterbatasanku aku tak bisa mengingatnya satu persatu. Jadi bila mencari katalog yang pertama aku lihat seringkali dari indeks nama pengarang dengan awal huruf A. Bika ketemu bukunya Adam Saleh dan belum pernah aku baca pasti aku akan meminjamnya. Aku juga suka baca cerita tentang kisah pewayangan seperti Ramayana atau Mahabharata. Sebab kalau aku sedang baca buku itu di rumah di dekat bapak (almarhum) beliau pasti kemudian ikut bercerita yang menurutku tidak kalah menarik dengan cerita yang ada di buku. Bapak seperti hafal dengan tokoh-tokoh dalam cerita itu lengkap dengan karakternya masing-masing, sehingga mendengar cerita bapak seolah juga melihat tokoh yang sedang beliau ceritakan. Ah, menuliskan kisah ini aku jadi teringat mendiang Bapak. (Semoga beliau mendapatkan tempat yang mulia di sisi Allah Swt. Amiiin) Selain itu aku juga suka membaca buku-buku bunga rampai yang berisi kumpulan cerita atau tulisan tentang tips-tips tertentu.
Kegemaranku membaca cerita fiksi berlanjut sampai aku melanjutkan ke MTs, bahkan sampai sekolah Aliyah. Dulu ada sebuah majalah cerita fiksi yang sangat populer saat itu, aku suka sekali membaca majalah itu. Karena aku gak bisa beli yang baru, aku hanya beli yang bekas saja, karena menurutku cerita kan kenal kadaluwarsa? Aku jadi hampir hafal penulis-penulis yang biasa menulis di majalah itu. Ada Tika Wisnu, Aan S. Kasiwar, Zara Zettira ZR, Sani B Nugroho dll, yang sekarang aku tahu lewat dunia maya bahwa mereka memang para penulis hebat. Dan aku bisa masih bisa menikmati tulisan mereka melalui beberapa catatan atau cerpen yang kebetulan di share di Facebook.
Tulisan ini hanyalah sekedar untuk mengobati kerinduanku untuk menulis, mungkin tidak berarti apa-apa buat orang lain tetapi bagiku ini adalah obat dari rasa rinduku sendiri. ~~ to be continued ~~~~~~~
Selasa, 10 Juli 2012
Sabtu, 23 Juni 2012
BUDAYA MENCORET2 SERAGAM SAAT KELULUSAN SEKOLAH
Hari kelulusan sekolah merupakan peristiwa yang sangat berkesan bagi seluruh siswa dan juga merupakan saat yang ditunggu-tunggu setelah usai menjalani kegiatan Ujian Nasional. Apalagi jika pengumuman yang sangat dinantikan tersebut betul-betul sesuai dengan yang diharapkan, mereka lulus dengan nilai yang bisa dibanggakan. Walaupun sebenarnya kebahagian yang mereka rasakan sejatinya adalah kebahagiaan yang semu, kebahagiaan yang sesaat. Karena setelah kelulusan mereka harus memikirkan akan melanjutkan kemana dan sebagaian dari mereka juga akan dihadapkan pada kehidupan yang sebenarnya, yakni hidup di tengah-tengah masyarakat dan menjadi bagian dari masyarakat itu sendiri.. Sehingga untuk merayakan kelulusan tersebut sebagian siswa mekngekspresikan kegembiraannya dengan berbagai cara. Diantara cara yang mereka lakukan adalah dengan mencoret-coret baju seragam.
Pada
saat pengumuman kelulusan sekolah seperti sudah merupakan sebuah tradisi para
siswa merayakannya dengan mencoret-coret baju seragam. Kegiatan tersebut
tampaknya sudah menjadi semacam budaya yang turun temurun dan sudah sangat
sulit untuk dibendung dan dikendalikan. Meskipun sebelum kelulusan telah ada
himbauan dari pihak sekolah bahkan dari Dinas Pendidikan setempat untuk tidak
melakukan aksi mencoret-coret seragam sekolah pada saat kelulusan, namun bagi
sebagian pelajar hal tersebut tampaknya sudah merupakan tradisi yang tidak bisa
ditinggalkan bahkan mungkin harus diwariskan.
Mungkin juga bagi mereka hal itu adalah simbol telah selesainya pendidikan
formal di sekolah yang ditinggalkan.
Aksi
corat-coret seragam sangat sulit untuk dikendalikan karena
dilakukan diluar sekolah sehingga kewenangan sekolah sudah tidak ada lagi.
Terlebih aksi tersebut tidak dilakukan oleh satu sekolah tertentu saja tetapi
hampir seluruh lulusan sekolah melakukannya. Tidak hanya di kota-kota, di
sekolah yang berada dikawasan pedesaan ternyata juga sudah banyak yang
melakukan aksi tersebut. Sepertinya kegiatan mereka sudah terkoordinasi dan direncanakan sebelumnya, hal
ini hal ini bisa dilihat karena seringnya terjadi konvoi bersama-sama di
jalanan setelah usai aksi mencoret-coret baju seragam.
Jika
aksi mencoret-coret baju seragam sekolah dan konvoi kendaraan tersebut masih
dilakukan dalam batas-batas kewajaran dan tidak mengganggu ketertiban
masyarakat mungkin masih bisa ditoleransi karena tidak menimbulkan masalah,
tetapi bagaimana jika aksi tersebut dilakukan secara liar? Aksi ini tentunya
mempunyai resiko yang tinggi, karena rentan akan terjadinya kecelakaan. Apalagi
mereka mengendarai motor tanpa pengaman helm, ditambah dengan suara motor yang
knalpotnya dilepas sehingga menimbulkan suara yang dapat memekakkan telinga,
memenuhi hampir seluruh badan jalan raya. Hal itu tentu memaksa pengendara lain
untuk memberikan kesempatan kepada para
lulusan yang konvoi di jalanan, sebagai antisipasi diri agar tidak terganggu.
Tetapi apapun alasannya sebenarnya aksi tersebut merupakan tindakan yang yang
sangat disayangkan dan seharusnya tidak dilakukan oleh para pelajar pada saat
kelulusan.
Pihak sekolah sebenarnya dapat
berusaha mengantisipasi agar aksi-aksi mencoret-coret baju seragam tidak dilakukan, salah satu upaya preventif yaitu dengan mewajibkan para siswa
yang akan menerima pengumuman mengenakan pakaian adat atau pakaian nasional dan
untuk tingkat SLTA para siswa laki-laki berpakaian ala seorang eksekutif muda dengan mengenakan dasi. Cara antisipasi lain yang bisa dilakukan
sekolah adalah dengan cara menyampaikan pengumuman dengan mengantarkan
pengumuman ke rumah masing-masing siswa, agar para siswa tidak datang ke sekolah
dengan mengenakan seragam sekolah sehingga aksi corat coret seragam bisa
dicegah. Pihak sekolah juga melakukan koordinasi dengan pihak kepolisian
terdekat agar pelaksanaan pengumuman
berjalan dengan aman, tidak ada kerusuhan dan tidak ada aksi corat coret
seragam sekolah yang dilanjutkan dengan konvoi di jalan raya. Namun demikian
para lulusan sepertinya juga tidak pernah kehabisan akal, umumnya mereka sudah menyiapkan
pakaian seragam dengan cara menitipkan di tempat tertentu.
Melihat
fenomena seperti ini perlu dilakukan usaha secara terus menerus dari pihak
sekolah untuk menghimbau kepada para siswa agar tidak melakukan aksi-aksi yang
tidak berguna bahkan bisa mengganggu ketertiban umum pada saat kelulusan. Misalnya dengan melakukan pembiasaan pembiasaan yang baik
selama proses pembelajaran di sekolah, sehingga akan terbentuk karakter yang baik pada
diri siswa. Akan tetapi pihak sekolah juga tidak bisa bekerja sendirian, tetapi
harus juga ada koordinasi dengan orang tua, komite sekolah dan masyarakat agar
secara bersama-masa melakukan usaha preventif agar kebiasaan buruk tersebut tidak menjadi
sebuah tradisi yang sulit untuk dihilangkan. Pihak Dinas Pendidikan juga harus
memberikan dukungan dengan kebijakan yang tidak memberikan peluang terjadinya
hal-hal negatif di kalangan para siswa. Selain itu juga perlu adanya pengawasan
bahkan sanksi yang tegas dari pihak keamaan sehingga bisa memberikan pembelajaran dan memberi efek jera.
Ada banyak hal positif yang bisa
dilakukan para pelajar pada saat pengumuman kelulusan yang sangat berguna bagi
diri pelajar itu sendiri dan umumnya bagi orang lain. Misalnya dengan
mengumpulkan baju-baju seragam yang sudah tidak dipakai untuk disumbangkan
kepada anak lain yang membutuhkan, mengadakan doa bersama yang dikoordinir oleh
sekolah atau dengan melibatkan pihak orang tua dan wali murid. Jika hal
tersebut dilakukan secara intensif dan terus menerus, budaya negatif di
kalangan pelajar pada saat pengumuman kelulusan bisa diminimalkan bahkan tidak
mungkin akhirnya bisa dihilangkan.
Sabtu, 26 Mei 2012
BELAJAR JADI DRIVER
Motivasi untuk melakukan sesuatu itu datangnya bisa dari
mana saja. Tanpa adanya motivasi maka tidak akan ada aksi, jadi yang ada adalah
stagnasi, tidak ada mobilisasi. Dan lama-lama bisa basi... Dan kekuatan
motivasi pun ternyata juga bermacam-macam. Bisa biasa-biasa saja sehingga aksi
yang terjadipun juga tidak luar biasa. Atau motivasi yang tidak memberi efek
apa-apa sehingga meski ada motivasi maka juga tidak ada reaksi apa-apa. Dan
motivasi yang mampu membangkitkan kekuatan untuk merubah keadaan, dari yang
tidak bisa menjadi bisa, dari yang biasa menjadi luar biasa....
Maka aku juga tidak bisa mengatakan kira-kira motivasi yang
kemudian menggerakkan aku sehingga mau belajar menjadi driver, ini termasuk
kategori motivasi yang mana. Sebab kira-kira dua tahun yang lalu aku sudah
pernah belajar juga, belum lagi lancar untuk mengoperasikan segala macam
peralatan mobil jadulku, aku sudah kehilanagn keinginan untuk melanjutkan,
sehingga mana mungkin akan bisa mengemudikan mobil kebanggaanku itu...
hehe... narsis.com. Maka belajarku itupun juga jadi sia-sia. Waktu itu aku hanya
bisa mengendalikan roda empat yang
kuandalkan itu di tengah lapangan saja. Berputar-putar tanpa arah dan tujuan.
Ya pokoknya jalaaan. Nampaknya saat itu nyaliku-pun tak ada tantangan jadi
hanya ada sedikit ketakutan. Tapi begitu memasuki jalan raya, ciuuuut, nyalikupun langsung
mengkeret seperti kerupuk yang kehujanan. Jangankan untuk bisa mengendalikan
yang aku kemudikan, mengendalikan diriku
sendiripun sama sekali tak ada keberanian. Akhirnya belajarku tidak aku lanjutkan. Saat itu aku yang aku pikirkan:
"Ngapain juga susah-susah belajar mengendarai mobil sendiri, enakan
tinggal naik lalu jalan...dan dijamin pasti aman... karena aku sudah punya sopir tersayang yang siap mengantarku kemanapun yang aku mau... hehe..."
Dan ternyata ketika kemudian datang motivasi yang lain, aku tidak bisa membohongiku diriku sendiri bahwa aku gak mau kalah saingan dengan saudara-saudaraku yang perempuan. Kalo tadinya dua saudaraku yang lain sudah bisa, dan yang satu masih sama seperti aku belum bisa mengemudikan mobil sendiri, aku merasa, masih ada teman yang juga sama-sama belum bisa. Maka aku merasa tenang-tenang aja. Tapi ketika satu-satunya saudaraku yang belum bisa itu memamerkan kemampuannya mengemudikan sendiri mobil barunya, aku tidak bisa menyembunyikan keinginanku untuk belajar juga, apalagi dari segi usia dia jauh lebih senior, kenapa aku yang lebih muda tidak meniru pada semangatnya. Setidaknya aku bisa meniru semangatnya untuk lebih mandiri, dan tidak selalu bergantung pada suami. Dengan bisa menjadi driver sendiri jika ada suami ada kesibukan sehingga tidak bisa mengantarkan ke tujuan yang kita inginkan, kita bisa melakukan sendiri. Maka itu yang kemudian menjadi motivasiku untk kembali belajar, melanjutkan pelajaranku yang tertunda dua tahun lalu itu. Jadi bukan hanya karena takut kalah saingan.
Aku memang baru belajar, terutama mengendalikan ketakutanku sendiri ketika berada di belakang kemudi, mencoba menguasai diri dan membaca situasi jalan yang aku lewati. Bahkan untuk mengoperasikan segala peralatan mobil-pun aku masih sangat memerlukan ketelatenan, ketelitian dan kesabaran.Untunglah aku punya instruktur yang luar biasa, meski nada suaranya seringkali seperti sedang marah saat memberiku pengarahan, tapi aku tahu itu untuk keselamatanku dan tentu karena rasa sayangnya kepadaku. Terimakasih untuk suamiku, kalau sebelumnya yang memberi motivasi aku adalah saudara-saudara perempuanku maka sekarang suamiku adalah motivator nomor satu. hehehe...
Bingung juga tadi mau nulis apa, maka aku tulis saja ceritaku ini....
Senin, 07 Mei 2012
Menjadi Pengawas UN, bukan-lah pekerjaan mudah.
Sebenarnya catatan ini aku tulis sudah agak lama, yaitu ketika aku sedang mengawasi Ujian Nasional SMP akhir April lalu. Sekedar untuk mengisi kejenuhan. Setelah menyelesaikan penulisan berita acara, presensi dan mengedarkannya serta mengecek identitas semua peserta ujian untuk memastikan bahwa mereka telah mengisinya dengan benar, hanya duduk manis selama hampir dua jam sambil melototin siswa yang sedang mengerjakan soal-soal ujian ternyata cukup menjenuhkan. Karena tahun ini agak berbeda dengan tahun-tahun kemarin, dimana tempat duduk pengawas saling berdekatan sehingga bisa sambil "bisik-bisik" dengan teman sesama pengawas. Sekarang tempat duduk sengaja dibuat berjauhan, agar pengawas bisa konsen sepenuhnya dalam mengawasi para siswa. Tapi sebenarnya aku lebih suka kondisi seperti ini. Pengawasan bisa lebih optimal dan tidak banyak memberi kesempatan anak untuk bekerja sama, lirik sini, lirik sana. Dengan begitu tingkat kejujuran menjadi lebih tinggi yang berati hasil ujian lebih mencerminkan kemampuan siswa yang sebenarnya. Meski kenyataannya masih ada saja yang mencuri-curi kesempatan untuk bisa berbincang2 dengan sesama teman pengawas lainnya.
Menjadi pengawas ujian yang nampaknya sebuah pekerjaan yang mudah, ternyata tidak sesederhana yang dipikirkan banyak orang. Sebagai contoh aku sendiri yang sudah berkali-kali menjadi pengawas, di hari pertama masih merasa nerves juga, takut akan terjadi kesalahan. Begitu juga dengan banyak pengawas lainnya. Nyatanya sesama pengawas satu ruangan kami selalu saling bertanya dan memastikan bahwa tidak terjadi kesalahan dalam kepengawasan yang kami laksanakan. Apalagi bagi pengawas pemula. Hal ini terbukti juga dengan adanya beberapa kesalahan yang dilakukan di hari pertama. Ada yang tanda tangannya belum lengkap, sebagian lagi keliru memasukkan daftar hadir dan berita acara bersama LJUN yang mestinya hanya 1 lembar tapi yang dimasukkan dua lembar, ada juga yang pakta integritas ditaruh li luar sampul, padahal mestinya disertakan bersama LJUN. Memang bukan kesalahan yang fatal tetapi tetapi hal ini menandakan bahwa masih saja ada pengawas yang kurang optimal melaksanakan tugasnya. Bisa jadi karena keteledoran atau sekedar merasa gugup sehingga tak sengaja melakukan kesalahan.
Ada peristiwa yang cukup menghebohkan. Karena kurangnya kehati-hatian dan ketelitian pengawas, di salah satu sekolah ada satu ruang yang terpaksa harus mengulang untuk mengikuti Ujian lagi. Karena pengawas lupa membagikan paket soal tidak sesuai dengan denah yang sudah ditentukan. Akibatnya kedua pengawas tersebut diberikan sangsi oleh dinas agar tidak mengawasi lagi dihari berikutnya, juga diberikan peringatan secara tertulis. Sebenarnya kalau peristiwa ini diselesaikan dengan tenang dan ada koordinasi dengan panitia setempat dan beberapa unsur yang terkait mungkin tidak perlu terjadi pengulangan, karena pada prinsipnya para siswa sudah menjawab soal dan mengisi kode paket sesuai dengan yang tertera pada soal. Pengaturan denah paket pada masing-masing ruang pada prinsipnya hanya untuk meminimalkan ketidakjujuran dan upaya saling bekerjasama antar peserta ujian. Karena siswa dengan kode paket soal yang sama diatur agar berjauhan. Peristiwa ini memberikan pelajaran agar kita selalu memperhatikan setiap ketentuan yang diberlakukan dan bahwa dalam kondisi apapun kita mesti harus tetap bersikap tenang dan hati-hati, dan tidak lupa untuk selalu ada koordinasi.
Mencermati Ujian Nasional tahun ini, banyak memberikan nuansa baru. Karena banyak hal-hal baru yang diterapkan pada pelaksanaan ujian tahun ini. Sepertinya pemerintah berusaha semaksimal mungkin menjaga kejujuran pelaksanaan ujian nasional dan juga menjaga kridibilitas hasil ujian. Paket soal masih sama dengan tahun yang lalu yaitu sebanyak lima paket, hanya kodenya yang dibuat berbeda dengan tahun sebelumnya. Tetapi denah pembagian paket soal ditentukan oleh panitia tingkat propinsi. Panitia lokal dan pengawas tidak mengetahui sebelumnya tentang denah tersebut. Pengawas ruang juga baru bisa melihat denah itu setelah membuka soal-soal ujian. Penyegelan soal juga sangat ketat, sampul soal dibuat berlapis yang masing-msing disegel dengan stiker yang sengaja dibuat terpecah2 sehingga kalau ada yang membuka segel tersebut pasti akan rusak dan sobek menjadi beberapa bagian. Ada sampul luar yang disegel, berisi sampul soal yang juga disegel dan sampul LJUN. Hasil LJUN penyegelannya dilakukan oleh pengawas ruang di ruang ujian nasional dengan menggunakan segel stiker yang sama seperti sampul soal tadi. Sehingga jika tidak berhati-hati ketika membuka stiker itu bisa terpecah menjadi beberapa bagian. Maka tak heran jika dihari pertama ada beberapa segel hasil LJUN yang rusak dan terpecah menjadi tiga atau empat bagian. Kekuranghati2an dan ketergesaan pengawas saat membukanya bisa menyebabkan stiker itu sobek.
Dengan penyegelan yang demikian ketat tersebut sebenarnya peluang kebocoran soal sangatlah kecil. Tetapi anehnya masih saja ada berita tentang kebocoran soal di berbagai tempat yang setelah dicek kebenaran jawabannya mencapai sembilapuluh persen. Berarti memang kemungkinan besar berita itu bukan sekedar isapan jempol belaka. Kalau ada peristiwa seperti ini berarti pasti ada keterlibatan pihak-pihak tertentu yang menghalalkan segala cara untuk bisa meluluskan para siswanya.
Pengawas ruang ujian nasional memiliki peran yang sangat penting dalam mengantisipasi adanya kecurangan selama pelaksanaan ujian. Dalam satu ruangan hanya terdiri dari duapuluh peserta, dan di ruangan tertentu yaitu ruang terakhir di suatu sekolah bisa kurang dari itu karena merupakan sisa dari ruang sebelumnya. Pengaturan tempat duduk diatur agak jarang dan tidak berdempetan. Dengan pengawas sebanyak dua orang tidak sulit untuk bisa melihat setiap gerak gerik peserta ujian sekecil apapun. Jika pengawas melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya akan bisa diketahui denga mudah jika ada yang melakukan kecurangan. Termasuk jika diantara peserta ujian ada yang mendapat suplai jawaban baik melalui hp atau kertas jawaban. Gerakan anak ketika membuka hp atau menyalin jawaban bisa diketahui, juga ketika anak tersebut harus mengedarkan atau memberitahukan jawaban kepada teman yang paketnya sama. Karena peserta dengan paket yang sama tempat duduknya relatif berjauhan. Pengawas ruang juga diberikan kewenangan penuh untuk melakukan tindakan yang diperlukan bila terjadi kecurangan. Jadi meski seandainya ada kebocoran soal sebelum pelaksanaan ujian, tetapi peredaran jawabannya bisa dicegah di ruang ujian. Sehingga kebocoran soal yang terjadi sebelumnya tidak berarti apa-apa karena jawabannya tidak bisa sampai kepada siswa. Inilah sebenarnya begitu pentingnya tugas seorang pengawas ruang Ujian Nasional. Mereka punya tanggung jawab yang besar untuk menjaga kredibelitas hasil ujian dibawah pengawasannya.
Tetapi pada kenyataannya apakah semua berjalan seperti yang diharapkan? Inilah sulitnya. Semua seolah sudah dikondisikan agar pelaksanaan Ujian Nasional bisa berjalan agak longgar, seolah semua telah diatur sedemikian rupa sehingga peserta ujian bisa saling bantu dalam mengerjakan soal-soal. Meski mungkin masih ada juga pengawas yang melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya. Tetapi jumlahnya bisa dihitung dengan jari, itupun harus rela berbenturan dengan pengawas lainnya yang tidak sejalan bahkan mungkin akan tersisihkan oleh sistem. Jadi siapa bilang menjadi pengawas ujian nasional itu mudah?
Sebenarnya kalau kita mau jujur kelulusan yang dicapai dengan kecurangan pastilah merugikan siswa itu sendiri baik dari segi mental maupun masa depannya. Anak akan menjadi pribadi yang tidak bisa mandiri dan selalu menggantungkan diri kepada orang lain, malas berusaha, dan akan cenderung mencari jalan pintas untuk memperoleh apa yang diinginkannya dengan "menghalalkan" berbagai cara. Mereka seperti diajarkan untuk melakukan itu semua. Jadi bagaimana mungkin mereka akan menjadi generasi yang bisa diandalkan?
Rasanya ini menjadi pekerjaan rumah besar bagi semua insan yang terlibat dalam dunia pendidikan, agar ujian nasional benar-benar terlaksana dengan penuh kejujuran dan hasinya memiliki kredibelitas yang tinggi. Tidak sekedar mencapai target lulus 100% tetapi kenyataannya hanya ibarat membangun istana di atas pasir...
Wallahu a'lam bisshawab...
(Meski aku mengawasi sambil menulis catatan ini aku tetap melaksanakan tugas kepengawasan dengan sebaik-baiknya...)
Menjadi pengawas ujian yang nampaknya sebuah pekerjaan yang mudah, ternyata tidak sesederhana yang dipikirkan banyak orang. Sebagai contoh aku sendiri yang sudah berkali-kali menjadi pengawas, di hari pertama masih merasa nerves juga, takut akan terjadi kesalahan. Begitu juga dengan banyak pengawas lainnya. Nyatanya sesama pengawas satu ruangan kami selalu saling bertanya dan memastikan bahwa tidak terjadi kesalahan dalam kepengawasan yang kami laksanakan. Apalagi bagi pengawas pemula. Hal ini terbukti juga dengan adanya beberapa kesalahan yang dilakukan di hari pertama. Ada yang tanda tangannya belum lengkap, sebagian lagi keliru memasukkan daftar hadir dan berita acara bersama LJUN yang mestinya hanya 1 lembar tapi yang dimasukkan dua lembar, ada juga yang pakta integritas ditaruh li luar sampul, padahal mestinya disertakan bersama LJUN. Memang bukan kesalahan yang fatal tetapi tetapi hal ini menandakan bahwa masih saja ada pengawas yang kurang optimal melaksanakan tugasnya. Bisa jadi karena keteledoran atau sekedar merasa gugup sehingga tak sengaja melakukan kesalahan.
Ada peristiwa yang cukup menghebohkan. Karena kurangnya kehati-hatian dan ketelitian pengawas, di salah satu sekolah ada satu ruang yang terpaksa harus mengulang untuk mengikuti Ujian lagi. Karena pengawas lupa membagikan paket soal tidak sesuai dengan denah yang sudah ditentukan. Akibatnya kedua pengawas tersebut diberikan sangsi oleh dinas agar tidak mengawasi lagi dihari berikutnya, juga diberikan peringatan secara tertulis. Sebenarnya kalau peristiwa ini diselesaikan dengan tenang dan ada koordinasi dengan panitia setempat dan beberapa unsur yang terkait mungkin tidak perlu terjadi pengulangan, karena pada prinsipnya para siswa sudah menjawab soal dan mengisi kode paket sesuai dengan yang tertera pada soal. Pengaturan denah paket pada masing-masing ruang pada prinsipnya hanya untuk meminimalkan ketidakjujuran dan upaya saling bekerjasama antar peserta ujian. Karena siswa dengan kode paket soal yang sama diatur agar berjauhan. Peristiwa ini memberikan pelajaran agar kita selalu memperhatikan setiap ketentuan yang diberlakukan dan bahwa dalam kondisi apapun kita mesti harus tetap bersikap tenang dan hati-hati, dan tidak lupa untuk selalu ada koordinasi.
Mencermati Ujian Nasional tahun ini, banyak memberikan nuansa baru. Karena banyak hal-hal baru yang diterapkan pada pelaksanaan ujian tahun ini. Sepertinya pemerintah berusaha semaksimal mungkin menjaga kejujuran pelaksanaan ujian nasional dan juga menjaga kridibilitas hasil ujian. Paket soal masih sama dengan tahun yang lalu yaitu sebanyak lima paket, hanya kodenya yang dibuat berbeda dengan tahun sebelumnya. Tetapi denah pembagian paket soal ditentukan oleh panitia tingkat propinsi. Panitia lokal dan pengawas tidak mengetahui sebelumnya tentang denah tersebut. Pengawas ruang juga baru bisa melihat denah itu setelah membuka soal-soal ujian. Penyegelan soal juga sangat ketat, sampul soal dibuat berlapis yang masing-msing disegel dengan stiker yang sengaja dibuat terpecah2 sehingga kalau ada yang membuka segel tersebut pasti akan rusak dan sobek menjadi beberapa bagian. Ada sampul luar yang disegel, berisi sampul soal yang juga disegel dan sampul LJUN. Hasil LJUN penyegelannya dilakukan oleh pengawas ruang di ruang ujian nasional dengan menggunakan segel stiker yang sama seperti sampul soal tadi. Sehingga jika tidak berhati-hati ketika membuka stiker itu bisa terpecah menjadi beberapa bagian. Maka tak heran jika dihari pertama ada beberapa segel hasil LJUN yang rusak dan terpecah menjadi tiga atau empat bagian. Kekuranghati2an dan ketergesaan pengawas saat membukanya bisa menyebabkan stiker itu sobek.
Dengan penyegelan yang demikian ketat tersebut sebenarnya peluang kebocoran soal sangatlah kecil. Tetapi anehnya masih saja ada berita tentang kebocoran soal di berbagai tempat yang setelah dicek kebenaran jawabannya mencapai sembilapuluh persen. Berarti memang kemungkinan besar berita itu bukan sekedar isapan jempol belaka. Kalau ada peristiwa seperti ini berarti pasti ada keterlibatan pihak-pihak tertentu yang menghalalkan segala cara untuk bisa meluluskan para siswanya.
Pengawas ruang ujian nasional memiliki peran yang sangat penting dalam mengantisipasi adanya kecurangan selama pelaksanaan ujian. Dalam satu ruangan hanya terdiri dari duapuluh peserta, dan di ruangan tertentu yaitu ruang terakhir di suatu sekolah bisa kurang dari itu karena merupakan sisa dari ruang sebelumnya. Pengaturan tempat duduk diatur agak jarang dan tidak berdempetan. Dengan pengawas sebanyak dua orang tidak sulit untuk bisa melihat setiap gerak gerik peserta ujian sekecil apapun. Jika pengawas melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya akan bisa diketahui denga mudah jika ada yang melakukan kecurangan. Termasuk jika diantara peserta ujian ada yang mendapat suplai jawaban baik melalui hp atau kertas jawaban. Gerakan anak ketika membuka hp atau menyalin jawaban bisa diketahui, juga ketika anak tersebut harus mengedarkan atau memberitahukan jawaban kepada teman yang paketnya sama. Karena peserta dengan paket yang sama tempat duduknya relatif berjauhan. Pengawas ruang juga diberikan kewenangan penuh untuk melakukan tindakan yang diperlukan bila terjadi kecurangan. Jadi meski seandainya ada kebocoran soal sebelum pelaksanaan ujian, tetapi peredaran jawabannya bisa dicegah di ruang ujian. Sehingga kebocoran soal yang terjadi sebelumnya tidak berarti apa-apa karena jawabannya tidak bisa sampai kepada siswa. Inilah sebenarnya begitu pentingnya tugas seorang pengawas ruang Ujian Nasional. Mereka punya tanggung jawab yang besar untuk menjaga kredibelitas hasil ujian dibawah pengawasannya.
Tetapi pada kenyataannya apakah semua berjalan seperti yang diharapkan? Inilah sulitnya. Semua seolah sudah dikondisikan agar pelaksanaan Ujian Nasional bisa berjalan agak longgar, seolah semua telah diatur sedemikian rupa sehingga peserta ujian bisa saling bantu dalam mengerjakan soal-soal. Meski mungkin masih ada juga pengawas yang melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya. Tetapi jumlahnya bisa dihitung dengan jari, itupun harus rela berbenturan dengan pengawas lainnya yang tidak sejalan bahkan mungkin akan tersisihkan oleh sistem. Jadi siapa bilang menjadi pengawas ujian nasional itu mudah?
Sebenarnya kalau kita mau jujur kelulusan yang dicapai dengan kecurangan pastilah merugikan siswa itu sendiri baik dari segi mental maupun masa depannya. Anak akan menjadi pribadi yang tidak bisa mandiri dan selalu menggantungkan diri kepada orang lain, malas berusaha, dan akan cenderung mencari jalan pintas untuk memperoleh apa yang diinginkannya dengan "menghalalkan" berbagai cara. Mereka seperti diajarkan untuk melakukan itu semua. Jadi bagaimana mungkin mereka akan menjadi generasi yang bisa diandalkan?
Rasanya ini menjadi pekerjaan rumah besar bagi semua insan yang terlibat dalam dunia pendidikan, agar ujian nasional benar-benar terlaksana dengan penuh kejujuran dan hasinya memiliki kredibelitas yang tinggi. Tidak sekedar mencapai target lulus 100% tetapi kenyataannya hanya ibarat membangun istana di atas pasir...
Wallahu a'lam bisshawab...
(Meski aku mengawasi sambil menulis catatan ini aku tetap melaksanakan tugas kepengawasan dengan sebaik-baiknya...)
Selasa, 10 April 2012
Belajar dari masalah...
Hidup ini ibarat sebuah perjalanan, banyak liku-likunya, licin,
bergelombang, dan banyak sandungan. Terkadang terjal dan mendaki lalu
tiba-tiba menurun sehingga membuat seseorang terjungkal bila tidak siap
menghadapinya.Sama dengan permasalahan yg sering kita hadapi, hampir
tidak pernah sepi, selalu datang dan pergi. Tetapi inilah hidup. Selama
nafas masih dikandung badan masalah memang tidak pernah selesai.Dalam
belitan masalah yang seolah tdk pernah berakhir itu sebenarnya setiap
orang pasti memiliki cara untuk menyelesaikannya, seseorang akan
belajar dengan sendirinya. Pengalaman akan selalu memberikan pelajaran
kepada kita. Seperti kata sebuah ungkapan: pengalaman adalah guru yang
terbaik. Kata orang: orang yang pintar adalah yang selalu bisa
mengambil pelajaran dari masa lalunya dan menjadikannya bahan perenungan
untuk menentukan setiap tindakan berikutnya. Orang yang baik bukan
orang yang tak pernah salah, tetapi orang yang menyadari kesalahannya
dan segera berusaha memperbaikinya. (Begitulah kata Bang Haji Rhoma
Irama, hahaha...)
Seperti penyakit yang menyerang tubuh kita, setiap ada penyakit yang masuk ke dalam tubuh, maka secara otomatis tubuh akan membentuk antibodi, daya kekebalan untuk melawan. Semakin berat penyakit, antibody makin memberikan kekuatan untuk bertahan, meski tentu sampai pada batas tententu, ketika tubuh tak kuat lagi melawannya, kita membutuhkan bantuan dari luar juga. Begitulah Allah memberi kita potensi. Allah memberikan penyakit, pasti disertai dengan obatnya. Begitu juga dengan permasalahan yang melingkupi diri kita. Jika Allah memberikan permasalahan pasti juga memberikan jalan penyelesaian. Tetapi kita sering tidak menyadari dengan kemampuan kita sendiri. Atau karena memang kita yang tidak mau memanfaatkannya, karena selalu saja ada kecenderungan untuk mencari kemudahan?
Mungkin memang sudah kodrat manusia selalu mencari yang mudah, sehingga setiap menemukan kesulitan cenderung menghindar seolah kesulitan memang sesuatu yang seharusnya dijauhkan. Padahal bukankah tidak akan pernah ada kata mudah jika tidak ada kata susah. Keduanya seperti dua sisi mata uang yang yang tidak bisa dipisahkan. Tetapi anehnya kebanyakan kita memang hanya mencari satu sisi yang paling kita sukai yang disebut kemudahan. Kesulitan memang seringkali dihindari, padahal sebenarnya kesulitan itu bukan untuk dijauhi tetapi untuk dipecahkan dan dicarikan jalan penyelesaian. Jika selamanya kita menghindari permasalahan maka sesungguhnya kita tidak akan pernah belajar. Seseorang akan jadi pintar setelah mampu melewati ujian demi ujian. Seseorang akan jadi lebih tangguh setelah dihadapkan pada rintangan dan tantangan kemudian mampu ia taklukkan.
Seseorang yang tidak pernah menghadapi kesulitan dalam perjalanan hidupnya akan tumbuh menjadi sebuah pribadi yang rapuh. Masalah yang kecil saja akan menjadikan sebuah kebingungan yang besar dan keputus asaan-lah yang akan menimpanya ketika tak ditemukan jalan keluar . Ibarat sebatang pohon yang akan mudah patah meski hanya oleh angin yang bertiup tak seberapa. Juga meski hanya dengan sebuah sentuhan yang kecil saja.Tetapi lihatlah sebatang pohon bambu yang biasa diterpa kencangnya angin, ia tidak mudah tumbang meski angin demikian kuat menerpa. Seperti itu pula sebuah pribadi yang sudah terbiasa menghadapi berbagai macam persoalan dalam kehidupannya, tidak akan mudah putus asa meski sebesar apapun kesulitan yang dihadapinya. Maka sebenarnya kesulitan dan masalah adalah cara Allah menjadikan kita menjadi orang yang kuat dan tak mudah menyerah oleh berbagai masalah.
"Maka sesungguhnya beserta kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya beserta kesulitan itu ada kemudahan, Apabila kamu telah selesai dalam satu urusan, maka segeralah mengerjakan urusan yang lain. Dan hanya kepada Tuhanmu-lah hendaknya engkau berharap". QS. Al Insyirah: 5-8.
Seperti penyakit yang menyerang tubuh kita, setiap ada penyakit yang masuk ke dalam tubuh, maka secara otomatis tubuh akan membentuk antibodi, daya kekebalan untuk melawan. Semakin berat penyakit, antibody makin memberikan kekuatan untuk bertahan, meski tentu sampai pada batas tententu, ketika tubuh tak kuat lagi melawannya, kita membutuhkan bantuan dari luar juga. Begitulah Allah memberi kita potensi. Allah memberikan penyakit, pasti disertai dengan obatnya. Begitu juga dengan permasalahan yang melingkupi diri kita. Jika Allah memberikan permasalahan pasti juga memberikan jalan penyelesaian. Tetapi kita sering tidak menyadari dengan kemampuan kita sendiri. Atau karena memang kita yang tidak mau memanfaatkannya, karena selalu saja ada kecenderungan untuk mencari kemudahan?
Mungkin memang sudah kodrat manusia selalu mencari yang mudah, sehingga setiap menemukan kesulitan cenderung menghindar seolah kesulitan memang sesuatu yang seharusnya dijauhkan. Padahal bukankah tidak akan pernah ada kata mudah jika tidak ada kata susah. Keduanya seperti dua sisi mata uang yang yang tidak bisa dipisahkan. Tetapi anehnya kebanyakan kita memang hanya mencari satu sisi yang paling kita sukai yang disebut kemudahan. Kesulitan memang seringkali dihindari, padahal sebenarnya kesulitan itu bukan untuk dijauhi tetapi untuk dipecahkan dan dicarikan jalan penyelesaian. Jika selamanya kita menghindari permasalahan maka sesungguhnya kita tidak akan pernah belajar. Seseorang akan jadi pintar setelah mampu melewati ujian demi ujian. Seseorang akan jadi lebih tangguh setelah dihadapkan pada rintangan dan tantangan kemudian mampu ia taklukkan.
Seseorang yang tidak pernah menghadapi kesulitan dalam perjalanan hidupnya akan tumbuh menjadi sebuah pribadi yang rapuh. Masalah yang kecil saja akan menjadikan sebuah kebingungan yang besar dan keputus asaan-lah yang akan menimpanya ketika tak ditemukan jalan keluar . Ibarat sebatang pohon yang akan mudah patah meski hanya oleh angin yang bertiup tak seberapa. Juga meski hanya dengan sebuah sentuhan yang kecil saja.Tetapi lihatlah sebatang pohon bambu yang biasa diterpa kencangnya angin, ia tidak mudah tumbang meski angin demikian kuat menerpa. Seperti itu pula sebuah pribadi yang sudah terbiasa menghadapi berbagai macam persoalan dalam kehidupannya, tidak akan mudah putus asa meski sebesar apapun kesulitan yang dihadapinya. Maka sebenarnya kesulitan dan masalah adalah cara Allah menjadikan kita menjadi orang yang kuat dan tak mudah menyerah oleh berbagai masalah.
"Maka sesungguhnya beserta kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya beserta kesulitan itu ada kemudahan, Apabila kamu telah selesai dalam satu urusan, maka segeralah mengerjakan urusan yang lain. Dan hanya kepada Tuhanmu-lah hendaknya engkau berharap". QS. Al Insyirah: 5-8.
"Menangislah, untuk Cinta Tuhan-mu...!"
Menangis? Mendengar kata ini mungkin yang terbayang dalam benak kita
adalah sifat cengeng, sikap lemah, dan rasa putus asa. Dan semua itu
selalu saja dihubung-hubungkan dengan perempuan. Padahal kenyataannya,
menangis tidak selamanya menggambarkan sifat2 negatif dan sikap yang
lemah. Dan menangis tak selamanya pula didominasi oleh kaum hawa,
karena priapun ternyata juga sering melakukannya meskipun tidak secara terbuka mengakuinya.
Menangis bukanlah sesuatu yang harus membuat kita merasa malu, karena menangis sebenarnya adalah salah satu bentuk ungkapan hati, sebuah luapan perasaan yang emosional. Ekspresi ini bisa jadi merupakan wujud dari kekurangan dan kelemahan kita bahwa dalam kondisi dan situasi tertentu, ketika kita mengalami berbagai tekanan, mendapatkan bermacam cobaan yang tak berkesudahan, maka ketika itu kita tak mampu menahan beratnya beban perasaan. Akhirnya air matapun bercucuran. Tapi apapun alasannya, yang terpenting tidak terlalu larut dalam tangis, atau sampai menjadi histeris. Karena seringkali setelah menangis hati terasa lebih lega.
Bagi orang yang beriman, menangis juga merupakan bentuk kepasrahan dan ketundukan hati kita kepada Allah. Menangis di hadapan Allah adalah salah satu wujud kelembutan hati seorang mukmin. Ketika kita bisa menumpahkan airmata saat bersimpuh dihadapanNya, tangis dan iarmata itu yang akan menghadirkan kedamaian di hati kita, meskipun disaat yang sama kita akan merasa tidak berarti apa-apa dibandingkan betapa keagungan-Nya yang tiada batasnya. Sebaliknya apabila saat berdoa tak setitikpun airmata yang menetes di pipi kita, ketika itu yang terasa adalah betapa kerasnya hati kita. Saat itu mungkin akan timbul kesadaran bahwa kita telah banyak melakukan kesalahan, sering lalai dan mengabaikan perintah-perintah Allah sehingga tanpa kita sadari telah semakin menjauhkan kita dari cinta dan kasih sayang-Nya. Hati yang keras karena kekhilafan dan dosa-dosa kita membuat kita tak lagi mudah meneteskan airmata ketika bersimpuh di hadapanNya.
Dalam sebuah riwayat disebutkan, bahwa Rasulullah Saw pernah menangis ketika putra beliau Ibrahim dipanggil oleh Allah Swt. Bahkan di lain waktu, ketika menjelang beliau wafat, beliau juga pernah menangis di depan malaikat Jibril. Hal ini dilakukan Rasulullah.saw karena mengkhawatirkan nasib umatnya kelak di akhirat. Demikian pula Abu Bakar As Sidiq, beliau selalu menangis tersedu ketika sedang shalat, sehingga putrinya, Aisyah Ra, menjuluki ayahnya ini dengan “Rajulun Baky” atau lelaki yang suka menangis. Inilah salah satu bukti, bahwa sesungguhnya menangis bisa terjadi pada siapa saja, dengan berbagai alasan yang berbeda.
Dalam Al Qur’an juga banyak dijelaskan tentang sifat orang-orang yang beriman yang apabila di sebutkan Nama Allah atau ketika dibacakan ayat-ayat suci Al Qur’an kemudian tersungkur, bersujud dan menangis dan semakin bertambah kekhusukannya kepada Allah:
“….Sesungguhnya orang-orang yang diberi pengetahuan sebelumnya apabila dibacakan Al Qur’an kepada mereka, mereka menyungkur atas muka mereka sambil bersujud, dan mereka berkata: “Maha Suci Tuhan kami; sesungguhnya janji Tuhan kami pasti dipenuhi. Dan mereka menyungkur atas muka mereka sambil menangis, dan mereka bertambah khusu’.(QS.Al Isra 17 :107 – 109)
Dalam ayat lain juga disebutkan: “…..dan dari orang-orang yang telah Kami beri petunjuk dan kami pilih. Apabila dibacakan ayat-ayat Allah Yang Maha Pemurah kepada mereka, maka mereka menyungkur dengan bersujud dan menangis. (QS. Maryam 19: 58).
Dalam sebuah hadits shahih yang diriwayatkan oleh Bukhari Muslim, yang menjelaskan tentang tujuh golongan manusia yang akan mendapat naungan Allah pada hari ketika tidak ada naungan kecuali naunganNya. Golongan yang ke tujuh adalah seseorang yang mengingat Allah ketika sedang sendirian lalu air matanya mengalir. Air mata yang mengalir sebagai bentuk pengakuan betapa keagungan Allah sungguh tiada bandingan, betapa tanpa pertolongan-Nya manusia bukanlah apa-apa, hanya ibarat sebutir pasir di tengah luasnya gurun sahara. Betapa hebatnya, betapa mulianya, meski hanya sekedar air mata atau tangis yang sering dianggap orang sebagai bentuk kelemahan diri belaka. Tetapi air mata itulah yang suatu ketika nanti di hari kiamat yang akan menghadirkan naungan Allah di saat tidak ada tempat bernaung kecuali naunganNya. Subhanallah!
Maka kita tidak perlu malu untuk menangis, kalau memang itu bisa meringankan beban di hati kita. Dan betapa kita akan merasakan kelembutan di hati kita tatkala kita sedang bersujud, tersungkur dan menangis di hadapan Allah, dalam tahajud di ujung malam malam kita, ketika kebanyakan manusia tengah terlelap dalam mimpinya, sementara kita bersimbah airmata dalam berjuta harap yang tak pernah lenyap atas kasih sayang dan ampunan-Nya. Tangis yang akan menambah keimanan dan menyadarkan kita betapa tidak berdayanya kita tanpa pertolongan dan kasih sayang Allah. Tangis yang akan semakin mendekatkan kita dan membawa kita berlabuh pada cinta-Nya.
Maka menangislah, untuk kelembutan hatimu dan Cinta Tuhan-mu…!
Wallahu a'lam bisshawab.
Menangis bukanlah sesuatu yang harus membuat kita merasa malu, karena menangis sebenarnya adalah salah satu bentuk ungkapan hati, sebuah luapan perasaan yang emosional. Ekspresi ini bisa jadi merupakan wujud dari kekurangan dan kelemahan kita bahwa dalam kondisi dan situasi tertentu, ketika kita mengalami berbagai tekanan, mendapatkan bermacam cobaan yang tak berkesudahan, maka ketika itu kita tak mampu menahan beratnya beban perasaan. Akhirnya air matapun bercucuran. Tapi apapun alasannya, yang terpenting tidak terlalu larut dalam tangis, atau sampai menjadi histeris. Karena seringkali setelah menangis hati terasa lebih lega.
Bagi orang yang beriman, menangis juga merupakan bentuk kepasrahan dan ketundukan hati kita kepada Allah. Menangis di hadapan Allah adalah salah satu wujud kelembutan hati seorang mukmin. Ketika kita bisa menumpahkan airmata saat bersimpuh dihadapanNya, tangis dan iarmata itu yang akan menghadirkan kedamaian di hati kita, meskipun disaat yang sama kita akan merasa tidak berarti apa-apa dibandingkan betapa keagungan-Nya yang tiada batasnya. Sebaliknya apabila saat berdoa tak setitikpun airmata yang menetes di pipi kita, ketika itu yang terasa adalah betapa kerasnya hati kita. Saat itu mungkin akan timbul kesadaran bahwa kita telah banyak melakukan kesalahan, sering lalai dan mengabaikan perintah-perintah Allah sehingga tanpa kita sadari telah semakin menjauhkan kita dari cinta dan kasih sayang-Nya. Hati yang keras karena kekhilafan dan dosa-dosa kita membuat kita tak lagi mudah meneteskan airmata ketika bersimpuh di hadapanNya.
Dalam sebuah riwayat disebutkan, bahwa Rasulullah Saw pernah menangis ketika putra beliau Ibrahim dipanggil oleh Allah Swt. Bahkan di lain waktu, ketika menjelang beliau wafat, beliau juga pernah menangis di depan malaikat Jibril. Hal ini dilakukan Rasulullah.saw karena mengkhawatirkan nasib umatnya kelak di akhirat. Demikian pula Abu Bakar As Sidiq, beliau selalu menangis tersedu ketika sedang shalat, sehingga putrinya, Aisyah Ra, menjuluki ayahnya ini dengan “Rajulun Baky” atau lelaki yang suka menangis. Inilah salah satu bukti, bahwa sesungguhnya menangis bisa terjadi pada siapa saja, dengan berbagai alasan yang berbeda.
Dalam Al Qur’an juga banyak dijelaskan tentang sifat orang-orang yang beriman yang apabila di sebutkan Nama Allah atau ketika dibacakan ayat-ayat suci Al Qur’an kemudian tersungkur, bersujud dan menangis dan semakin bertambah kekhusukannya kepada Allah:
“….Sesungguhnya orang-orang yang diberi pengetahuan sebelumnya apabila dibacakan Al Qur’an kepada mereka, mereka menyungkur atas muka mereka sambil bersujud, dan mereka berkata: “Maha Suci Tuhan kami; sesungguhnya janji Tuhan kami pasti dipenuhi. Dan mereka menyungkur atas muka mereka sambil menangis, dan mereka bertambah khusu’.(QS.Al Isra 17 :107 – 109)
Dalam ayat lain juga disebutkan: “…..dan dari orang-orang yang telah Kami beri petunjuk dan kami pilih. Apabila dibacakan ayat-ayat Allah Yang Maha Pemurah kepada mereka, maka mereka menyungkur dengan bersujud dan menangis. (QS. Maryam 19: 58).
Dalam sebuah hadits shahih yang diriwayatkan oleh Bukhari Muslim, yang menjelaskan tentang tujuh golongan manusia yang akan mendapat naungan Allah pada hari ketika tidak ada naungan kecuali naunganNya. Golongan yang ke tujuh adalah seseorang yang mengingat Allah ketika sedang sendirian lalu air matanya mengalir. Air mata yang mengalir sebagai bentuk pengakuan betapa keagungan Allah sungguh tiada bandingan, betapa tanpa pertolongan-Nya manusia bukanlah apa-apa, hanya ibarat sebutir pasir di tengah luasnya gurun sahara. Betapa hebatnya, betapa mulianya, meski hanya sekedar air mata atau tangis yang sering dianggap orang sebagai bentuk kelemahan diri belaka. Tetapi air mata itulah yang suatu ketika nanti di hari kiamat yang akan menghadirkan naungan Allah di saat tidak ada tempat bernaung kecuali naunganNya. Subhanallah!
Maka kita tidak perlu malu untuk menangis, kalau memang itu bisa meringankan beban di hati kita. Dan betapa kita akan merasakan kelembutan di hati kita tatkala kita sedang bersujud, tersungkur dan menangis di hadapan Allah, dalam tahajud di ujung malam malam kita, ketika kebanyakan manusia tengah terlelap dalam mimpinya, sementara kita bersimbah airmata dalam berjuta harap yang tak pernah lenyap atas kasih sayang dan ampunan-Nya. Tangis yang akan menambah keimanan dan menyadarkan kita betapa tidak berdayanya kita tanpa pertolongan dan kasih sayang Allah. Tangis yang akan semakin mendekatkan kita dan membawa kita berlabuh pada cinta-Nya.
Maka menangislah, untuk kelembutan hatimu dan Cinta Tuhan-mu…!
Wallahu a'lam bisshawab.
Sabtu, 24 Maret 2012
MAKALAH PEMBELAJARAN PAI
STRATEGI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Usaha untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil pendidikan
khususnya Pendidikan Agama Islam senantiasa terus dikembangkan melalui
pengkajian berbagai komponen pendidikan. Perbaikan dan penyempurnaan
kurikkulum, bahan ajar, manajemen pendidikan, proses belajar mengajar dan
lain-lain sudah banyak dilakukan. Tujuan utamanya adalah untuk memajukan pendidikan
nasional dan meningkatkan hasil pendidikan, tidak terkecuali bidang Pendidikan
Agama Islam.
Perbaikan dan penyempurnaan sistem pembelajaran merupakan upaya
yang paling nyata dalam meningkatkan proses dan hasil belajar para siswa
sebagai salah satu indikator kemajuan dan kualitas pendidikan. Proses belajar mengajar merupakan inti dari kegiatan pendidikan di sekolah, agar tujuan pendidikan dan pengajaran berjalan dengan benar. Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian
perbuatan guru dan siswa dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam
situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Interaksi atau hubungan timbal balik
antara guru dan siswa itu merupakan syarat utama bagi berlangsungnya proses
belajar mengajar. Interaksi dalam peristiwa belajar mengajar mempunyai arti
luas, tidak sekedar hubungan antara guru dan siswa, berupa materi pelajaran,
melainkan penanaman sikap dan nilai pada diri siswa yang sedang belajar Upaya tersebut diarahkan kepada kualitas pembelajaran sebagai
sebuah proses yang diharapkan dapat menghasilkan kualitas hasil belajar siswa
Strategi
pembelajaran adalah salah satu upaya
yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan.
Komponen-komponen pendidikan dan pengajaran diatur sedemikian rupa sehingga
memiliki fungsi yang optimal dalam mencapai tujuan pengajaran dan pendidikan.
Strategi pembelajaran juga memberikan alternatif terhadap proses pelaksanaan
kegiatan belajar mengajar di kelas. Semua sumber belajar , baik manusia
maupun sarana dan prasarana dirancang
dan direncanakan untuk membantu proses belajar para siswa.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas dalam makalah tentang Strategi
Pembelajaran dalam Pendidikan Islam ini akan membahas hal-hal sebagai berikut:
1. Pengertian Strategi Pembelajaran
2. Prinsip-prinsip Belajar dan pembelajaran.
3. Kriteria Pemilihan Strategi Pembelajaran.
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi Pembelajaran PAI
5. Pengembangan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Strategi Pembelajaran
Ada berbagai
pengertian strategi pembelajaran yang
dikemukakan oleh para ahli pembelajaran (instructional technology), di
antaranya akan dipaparkan sebagai berikut:
a. Kozna
(1989) secara umum menjelaskan bahwa strategi pembelajaran dapat diartikan
sebagai setiap kegiatan yang dipilih, yaitu yang dapat memberikan fasilitas
atau bantuan kepada peserta didik menuju tercapainya tujuan pembelajaran
tertentu.
b. Gerlach
dan Ely (1980) menjelaskan bahwa strategi pembelajaran merupakan cara-cara yang
dipilih untuk menyampaikan metode pembelajaran merupakan cara- cara yang
dipilih untuk menyampaikan metode pembelajaran dalam lingkungan pembelajaran
tertentu
c. Dick dan Carey (1990) menjelaskan bahwa strategi pembelajaran terdiri atas seluruh komponen materi pembelajaran dan prosedur atau tahapan kegiatan belajar yang/atau digunakan oleh guru dalam rangka membantu peserta didik mencapai tujuan pembelajaran tertentu.
d. Gropper (1990) mengatakan bahwa strategi pembelajaran merupakan pemilihan atas berbagai jenis latihan tertentu yang sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.[1]
c. Dick dan Carey (1990) menjelaskan bahwa strategi pembelajaran terdiri atas seluruh komponen materi pembelajaran dan prosedur atau tahapan kegiatan belajar yang/atau digunakan oleh guru dalam rangka membantu peserta didik mencapai tujuan pembelajaran tertentu.
d. Gropper (1990) mengatakan bahwa strategi pembelajaran merupakan pemilihan atas berbagai jenis latihan tertentu yang sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.[1]
Menurut Drs, Muhaimin, M.A. Strategi Pembelajaran adalah metode untuk
menata interaksi antara peserta didik dengan komponen-komponen metode
pembelajaran lain, seperti pengorganisasian dan penyampaian isi pembelajaran.
Strategi pengelolaan pembelajaran PAI berupaya untuk menata interaksi peserta
didik dengan memperhatikan empat hal, yaitu: (1), Penjadwalan kegiatan
pembelajaran yang menunjukkan tahap-tahap kegiatan yang harus ditempuh peserta
didik dalam pembelajaran. (2). Membuat catatan kemajuan belajar peserta didik melalui penilaian yang
komprehensip dan berkala selama proses pembelajaran berlangsung maupun
sesudahnya. (3). Pengelolaan motivasi peserta didik dengan menciptakan
cara-cara yang mampu meningkatkan motivasi belajar peserta didik. (4).
Pengawasan belajar yang mengacu pada pemberian kebebasan untuk memilih tindakan
belajar yang sesuai dengan karakteristik peserta didik. [2]
Memerhatikan
beberapa pengertian strategi pembelajaran di atas , dapat disimpulkan bahwa
strategi pembelajaran merupakan cara-cara yang akan dipilih dan digunakan oleh
seorang pengajar untuk menyampaikan materi pembelajaran sehingga akan
memudahkan peserta didik menerima dan memahami materi pembelajaran, yang pada
akhirnya tujuan pembelajaran dapat dikuasainya di akhir kegiatan belajar
B. Prinsip-prinsip
Belajar dan Pembelajaran
Sebelum
memulai proses pembelajaran hendaknya dipahami dulu prinsip-prinsip belajar dan
pembelajaran yang mengacu pada teori belajar dan pembelajaran. Hal ini
dilakukan untuk memilih dan menentukan metode pembelajaran yang tepat yang akan
diterapkan dalam proses belajar-mengajar. Prinsip-prinsip tersebut antara lain
adalah:
1.
Prinsip Kesiapan (Readiness)
Salah satu faktor yang
mempengaruhi proses belajar adalah kesiapan peserta didik yaitu kesiapan
kondisi fisik dan psikisnya. Peserta
didik yang belum siap melaksanakan tugas belajar akan mengalami kesulitan atau
bahkan putus asa dalam belajar. Kesiapan ini meliputi kematangan dan
pertumbuhan fisik dan psikis, tingkat kepandaian, pengalaman belajar
sebelumnya, motivasi dan lain-lain. Sehingga untuk merancang rencana
pembelajaran perlu dilakukan hal-hal berikut:
a. Materi atau tugas yang diberikan disesuaikan dengan tingkat usia,
kemampuan, dan latar belakang pengalamanpeserta didik.
b. Sebelum mulai pembelajaran perlu dilakukan tes untuk mengetahui tingkat
kesiapan dan kemampuan peserta didik.
c. Bahan-bahan dan tugas-tugas belajar dipersiapkan secara bervariasi sesuai
dengan faktor kesiapan kognitif, afektif dan psikomotor peserta didik.[3]
2.
Prinsip motivasi
(motivation)
Adanya motivasi yang
tinggi untuk belajar pada diri peserta
didik, yang ditandai dengan bersungguh-sungguh dan menunjukkan minat serta
perhatian dan rasa ingin tau yang kuat untuk ikut serta dalam kegiatan belajar,
berusaha keras dan meluangkan waktu yang cukup untuk belajar serta
menyelesaikan tugas. Berdasarkan sumbernya, motivasi ada dua yaitu motivasi
intrinsik yaitu motivasi yang datang
dari dalam diri peserta didik dan motivasi ekstrinsik yakni motivasi yang
berasal dari lingkungan di luar diri peserta didik. Dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam
hendaknya selalu diusahakan agar dapat
menimbulkan motivasi intrinsik dengan penerapan metode pembelajaran yang dapat
menumbuhkan motivasi belajar dalam diri peserta didik. Sedangkan untuk
menumbuhkan motivasi ekstrinsik adalah dengan menciptakan suasana lingkungan
yang religius yang akan memotivasi belajar peserta didik untuk mencapai tujuan
Pendidikan Agama Islam.[4]
3.
Prinsip partisipasi peserta didik
dalam kegiatan belajar mengajar.
Prinsip ini adalah salah satu prinsip yang sangat
penting dalam pembelajaran. Minat belajar yang tinggi yang diikuti oleh
tercurahnya perhatian pada kegiatan belajar mengajar akan membawa peserta didik
ke suasana berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran. Keaktifan peserta
didik tidak hanya dilihat dari gerakan-gerakan badaniah saja, tetapi juga dari
keaktifan mereka secara akliah dan batiniyah misalnya perhatian peserta didik
yang terfokus pada isi ceramah yang
disampaikan oleh guru, tanya jawab, berdiskusi, mengerjakan tugas serta
kegiatan-kegiatan lain yang mendukung kegiatan belajar mengajar, sehingga
pikiran dan perasaan peserta didik tidak berpindah pada obyek lain. Dalam
merancang rencana pembelajaran hendaknya guru menyiapkan cara-cara agar peserta
didik dapat selalu berpartisipasi aktif dalam proses belajar-mengajar, sehingga
tidak menjadi peserta yang pasif.[5]
4.
Prinsip Persepsi
Persepsi adalah suatu proses yang bersifat kompleks
yang menyebabkan seseorang dapat menerima dan menyerap informasi yang diperoleh
dari lingkungannya. Semua proses belajar mengajar selalu dimulai dari persepsi
yaitu setelah peserta didik menerima stimulus berupa materi pembelajaran dari
guru. Persepsi dianggap sebagai tahap awal dari pemahaman kognitif peserta
didik yang bersifat relatif, selektif dan teratur. Karena itu sejak dini kepada
peserta didik perlu ditanamkan persepsi yang baik dan akurat mengenai apa yang
akan dipelajari. Jika peserta didik memiliki persepsi yang salah terhadap apa
yang dipelajari, maka untuk selanjutnya akan sulit merubah persepsi yang sudah
melekat tersebut. Untuk membentuk persepsi yang benar pada diri peserta didik
yang perlu diperhatikan adalah dalam pembelajaran diperlukan penjelasan yang
benar dan jelas tentang materi pelajaran tertentudan juga mengupayakan berbagai
sumber belajar yang mendukung pemahaman yang benar pada diri peserta didik
mengenai apa yang sedang dipelajari.[6]
5.
Prinsip Retensi yaitu mengingat
kembali materi pembelajaran yang sudah dipelajari oleh peserta didik. Dengan
retenzi membuat apa yang sudah dipelajari dapat bertahan atau tinggal lebih
lama dalam struktur kognitif dan dapat diingat kembali apabila diperlukan.
C. KRITERIA
PEMILIHAN STRATEGI PEMBELAJARAN
Pemilihan
strategi pembelajaan yang akan digunakan dalam proses pembelajaran harus
berorientasi pada tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Selain itu, juga harus
disesuaikan dengan jenis materi, karakteristik peserta didik, serta situasi
atau kondisi dimana proses pembelajaran tersebut akan berlangsung. Terdapat
beberapa metode dan tehnik pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru, tetapi
tidak semuanya sama efektifnya dapat mencapai tujuan pembelajaran. Untuk itu
dibutuhkan kreativitas guru dalam memilih strategi pembelajaran tersebut.
Ada beberapa
kriteria yang dapat digunakan dalam memilih strategi pembelajaran, yaitu
sebagai berikut.
1.
Berorientasi pada tujuan
pembelajaran. Tipe perilaku apa yang diharapkan dapat dicapai oleh peserta
didik
2.
Pilih tehnik pembelajaran sesuai
dengan keterampilan yang diharapkan dapat dimiliki.
3.
Gunakan media pembelajaran yang
sebanyak mungkin dan sesuai yang dapat memberikan rangsangan dan membantu
peserta didik memahami dan menguasai materi pelajaraqn yang disampaikan.
Selain
kriteria diatas, pemilihan strategi pembelajaran dapat dilakukan dengan
memerhatikan pertanyaan-pertanyaan dibawah ini.
1.
Apakah materi pelajaran paling tepat
disampaikan secara klasikal (serentak bersama-sama dalam satu satuan waktu)?
2.
Apakah materi pelajaran sebaiknya
dipelajari peserta didik secara individual sesuai dengan kecepatan belajar
masing-masing?
3.
Apakah pengalaman langsung hanya
dapat berhasil diperoleh dengan jalan praktik langsung dalam kelompok dengan
guru atau tanpa kehadiran guru?
4.
Apakah diperlukan diskusi atau
konsultasi secara individual antara guru dan siswa?[7]
D. Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Pembelajaran
adalah upaya untuk menjabarkan nilai-nilai yang terkandung dalam kurikulum
dengan mengalisis tujuan pembelajaran dan karakteristik isi bidang studi
Pendidikan Agama Islam yang terkandung dalam kurikulum. Selanjutnya dilakukan
kegiatan memilih, menetapkan dan mengembangkan cara-cara (strategi)
pembelajaran yang tepat untuk mencapai tujuan pembelajaran yang ditetapkan
sesuai dengan kondisi yang ada, agar kurikulum dapat teraktualisasi dalam
proses pembelajaran sehingga hasil belajar terwujud dalam diri peserta didik.
Dalam Pembelajaran
ada tiga komponen utama atau faktor yang saling berpengaruh dalam proses
pembelajaran pendidikan Agama, yaitu:
1.
Kondisi pembelajaran Pendidikan
Agama. Faktor kondisi ini berhubungan dengan pemilihan, penetapan dan pengembangan
metode pembelajaran PAI. Kondisi pembelajaran PAI dapat diklasifikasi menjadi
tujuan pembelajaran, karakteristik bidang studi dan kendala pembelajaran PAI.
Tujuan pembelajaran PAI adalah hasil yang diharapkan dapat dicapai dalam proses
pembelajaran. Karakteristik bidang studi PAI adalah aspek yang terbangun dalam
stuktur isi atau tipe isi bidang studi, berupa fakta, konsep, dalil/hukum,
prinsip/kaidah, prosedur dan keimanan yang menjadi landasan dalam
mendeskripsikan strategi pembelajaran. Sedangkan kendala pembelajaran adalah bisa
berupa keterbatasan sumber belajar, keterbatasan alokasi waktu atau
keterbatasan media pembelajaran.
2.
Metode Pembelajaran Pendidikan Agama
Islam
Metode adalah cara-cara tertentu yang paling sesuai
untuk dapat diterapkan dalam pembelajaran PAI untuk mencapai tujuan yang
diinginkan, tujuan pembelajaran yang meliputi aspek kognitif, afektif dan
psikomotor.
3.
Hasil Pembelajaran.
Hasil pembelajaran PAI adalah mencakup semua akibat
yang dapat dijadikan indikator keberhasilan penggunaan metode yang digunakan dalam
pembelajaran. Hasil pembelajaran PAI dapat berupa hasil yang nyata dan hasil
yang diinginkan. Hasil yang nyata adalah hasil belajar PAI yang dicapai peserta
didik secara nyata dengan digunakannya
metode tertentu dalam pembelajaran yang dikembangkan sesuai dengan kondisi
tertentu. Sedangkan tujuan yang diinginkan biasanya sering mempengaruhi keputusan
perancang pembelajaran PAI dalam melakukan pilihan suatu metode pembelajaran
yang paling baik untuk digunakan sesuai
dengan kondisi yang ada.[8]
E. Penerapan
Strategi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam selain berorientasi pada masalah kognitif, tetapi lebih
mengedepankan aspek nilai, baik nilai ketuhanan maupun kemanusiaan yang hendak
ditumbuh kembangkan ke dalam diri peserta didik sehingga dapat melekat ke dalam
dirinya dan menjadi kepribadiannaya. Menurut Noeng Muhajir (1988) seperti
dikutip oleh Drs. Muhaimin, M.A. ada beberapa strategi yang bisa digunakan
dalam pembelajaran nilai, yaitu:
1.
Strategi Tradisional.
Yaitu pembelajaran nilai dengan jalan memberikan
nasehat atau indoktrinasi. Strategi ini dilaksanakan dengan cara memberitahukan
secara langsung nilai-nilai mana yang baik dan yang kurang baik. Dengan
strategi tersebut guru memiliki peran yang menentukan, sedangkan siswa tinggal
menerima kebenaran dan kebaikan yang disampaikan oleh guru. Penerapan Strategi
tersebut akan menjadikan peserta didik hanya mengetahui atau
menhafaljenis-jenis nilai tertentu dan belum tentu melaksanakannya. Karena itu
tekanan strategi ini lebih bersifat kognitif.
2.
Pembelajaran nilai dengan Strategi
Bebas yang merupakan kebalikan dari strategi tradisional. Dalam penerapannya
guru memberikan kebebasan kepada peserta didik untuk memilih dan menentukan
nilai-nilai mana yang akan diambilnya. Dengan demikian peserta didik memiliki
kesempatan yang seluas-luasnya untuk memilih dan menentukan nilai pilihannya,
dan peran peserta didik dan guru sama-sama terlibat secara aktif. Kelemahan
metode ini peserta didik belum tentu mampu memilih nilai mana yang baik atau
buruk bagi dirinya sehingga masih sangat diperlukan bimbingan dari pendidik
untuk memilih nilai yang terbaik.
3.
Pembelajaran nilai dengan Strategi
Reflektif yaitu dengan menggunakan pendekatan teoretik ke pendekatan empirik dengan
mengaitkan teori dengan pengalaman. Dalam penerapan strategi ini dituntut
adanya konsistensi dalam penerapan teori
dengan pengalaman peserta didik. Strategi ini lebih relevan dengan tuntutan
perkembangan berpikir peserta didik dan tujuan pembelajaran nilai untuk
menumbuhkan kesadaran rasional terhadap suatu nilai tertentu.
4.
Pembelajaran nilai dengan Strategi
trasinternal yaitu membelajarkan nilai dengan melakukan tranformasi nilai,
transaksi nilai dan trasinternalisasi. Dalam penerapan strategi ini guru dan
peserta didik terlibat dalam komunilasi aktif baik secara verbal maupun batin
(kepribadian). Guru berperan sebagai penyaji informasi, pemberi contoh atau
teladan, serta sumber nilai yang melekat dalam pribadinya yang direspon oleh
peserta didik dan mempolakan dalam kepribadiannya. [9]
Selanjutnya akan penulis sampaikan beberapa metode pembelajaran PAI yang
bisa diterapkan dalam pengembangan pembelajaran PAI. Menurut konsep metode
pengajaran yang ditawarkan oleh Ibnu Sina berpendapat bahwa penyampaian materi
pembelajaran pada anak harus disesuaikan denga sifat dari materi pelajaran
tersebut, sehingga antara metode dengan materi yang diajarkan tidak akan
kehilangan daya relevansinya. Ada beberapa metode pembelajaran yang ditawarkan
oleh Ibnu Sina antara lain adalah metode talqin (Sekarang dikenal dengan metode
tutor sebaya), metode demonstrasi, pembiasaan dan teladan, diskusi dan
penugasan. [10]
Metode Tutor
teman sebaya biasanya digunakan dalam pembelajaran al Qur’an, yaitu dengan cara
menugaskan peserta didik yang pintar untuk membimbing teman-temannya yang masih
tertinggal.
Metode
Demonstrasi menurut Ibnu Sina, dapat digunakan dalam pembelaran menulis.
Menurutnya dengan metode tersebut seorang guru mencontohkan terlebih dahulu
tulisan huruf hijaiyah kepada peserta didik dilajutkan denga pengucapan
huruf-huruf tersebut kemudian di tirukan oleh peserta didik. Untuk pembelajaran
masa sekarang, metode ini bisa diterapkan pada materi pembelajaran yang
berorientasi pada ranah psikomotor seperti pembelajaran wudhu atau shalat dan
lain-lain.
Metode
pembiasaan dan teladan adalah salah satu metode yang paling efektif diterapkan
pada pengajaran akhlak dengan dilakukan pembiasaan dan teladan yang disesuaikan
dengan perkembangan jiwa peserta didik.
Penerapan
metode Diskusi dilakukan dengan cara
penyajian pelajaran yang berupa pengetahuan yang bersifat rasional dan
teoritis. Metode ini kemudian berkembang pesat pada sekarang ini.
Untuk metode
penugasan dilaksanakan dengan memberikan tugas tertentu pada peserta didik agar
dikerjakan diluar jam pelajaran di sekolah yang dimaksudkan agar siswa selalu
melakukan kegiatan belajar.
BAB III
KESIMPULAN
Dalam
proses pembelajaran seorang guru sebagai pengajar harus pandai-pandai dalam mengambil
langkah agar proses pembelajaran dapat terlaksana dengan baik dan tercapai
tujuan pendidikan. Diantaranya adalah dengan memilih strategi pembelajaran
yang tepat. Pada praktiknya tidak ada strategi pembelajaran yang baku yang bisa
diterapkan di semua tempat dan semua situasi, tetapi ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dan
dipertimbangkan dalam memilih strategi pembelajaran antara lain yaitu:1) Prinsip-prinsip
Pembelajaran yang meliputi prinsip kesiapan peserta didik, motivasi, Prinsip
partisipasi peserta didik, prinsip persepsi, dan prinsip retensi. 2) Beberapa
kriteria pemilihan strategi pembelajaran yaitu: berorentasi pada tujuan, memlih
teknik/metode yang tepat dan penggunaan media pembelajaran yang sesuai. 3) Faktor-faktor yang mempengaruhi
pembelajaran, yaitu : kondisi
pembelajaran agama, metode pembelajaran pendidikan agama dan hasil pembelajaran
pendidikan agama. Ketiga faktor tersebut saling terkait antara yang satu dengan
yang lainnya. 3). Dalam melaksanakan srtategi pembelajaran faktor yang
terpenting diantaranya adalah penggunaan metode yang tepat yang disesuakan
dengan tujuan pembelajaran agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik.
Daftar Pustaka:
DR. Ahmad
Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam, PT Remaja Posdakarya, Bandung, 2008.
Dr. H Abuddin
Nata, MA, Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam, PT Raja Grafindo
Persada, Jakarta, 2003
Drs.Muhaimin, MA. et al. Paradigma Pendidikan Islam, PT
Remaja Posdakarya, Bandung, Cet. IV, 2008.
http://nuraeni68.blogspot.com/2011/11/pengertian-strategi-pembelajaran.html,
diakses tanggal 22 Maret 2012
Langganan:
Postingan (Atom)