Selasa, 10 April 2012

"Menangislah, untuk Cinta Tuhan-mu...!"

Menangis? Mendengar kata ini mungkin  yang terbayang dalam benak kita adalah sifat cengeng, sikap lemah, dan rasa putus asa. Dan semua itu selalu saja dihubung-hubungkan dengan perempuan. Padahal kenyataannya, menangis tidak selamanya menggambarkan sifat2 negatif dan sikap yang lemah. Dan menangis  tak selamanya pula didominasi oleh kaum hawa, karena priapun ternyata juga sering melakukannya meskipun tidak secara terbuka mengakuinya.

Menangis bukanlah sesuatu yang harus  membuat kita merasa malu, karena menangis sebenarnya adalah salah satu bentuk ungkapan hati, sebuah luapan  perasaan yang emosional. Ekspresi ini bisa  jadi merupakan wujud dari kekurangan dan kelemahan  kita bahwa dalam kondisi dan situasi tertentu, ketika kita mengalami berbagai tekanan, mendapatkan bermacam cobaan yang tak berkesudahan, maka ketika itu kita tak mampu menahan beratnya beban perasaan. Akhirnya air matapun bercucuran. Tapi apapun alasannya, yang terpenting tidak terlalu larut dalam tangis, atau sampai menjadi histeris. Karena seringkali setelah menangis hati terasa lebih lega.

Bagi orang yang beriman, menangis juga merupakan  bentuk kepasrahan dan ketundukan hati kita kepada Allah. Menangis di hadapan Allah adalah salah satu wujud kelembutan hati seorang mukmin. Ketika kita bisa menumpahkan airmata  saat bersimpuh dihadapanNya, tangis dan iarmata itu yang akan menghadirkan kedamaian di hati kita, meskipun disaat yang sama kita akan merasa tidak berarti apa-apa dibandingkan betapa keagungan-Nya yang tiada batasnya. Sebaliknya apabila saat berdoa tak setitikpun airmata yang menetes di pipi kita, ketika itu yang terasa adalah betapa kerasnya hati kita. Saat itu mungkin akan timbul kesadaran bahwa kita telah banyak melakukan kesalahan, sering lalai dan mengabaikan perintah-perintah Allah sehingga tanpa kita sadari telah semakin menjauhkan kita dari cinta dan kasih sayang-Nya.  Hati yang keras karena kekhilafan dan dosa-dosa  kita membuat kita tak lagi mudah meneteskan airmata ketika bersimpuh di hadapanNya.

Dalam sebuah riwayat disebutkan, bahwa Rasulullah Saw pernah menangis ketika putra beliau Ibrahim dipanggil oleh Allah Swt. Bahkan di lain waktu, ketika menjelang beliau wafat, beliau juga pernah menangis di depan malaikat Jibril. Hal ini dilakukan Rasulullah.saw karena mengkhawatirkan nasib umatnya kelak di akhirat. Demikian pula Abu Bakar As Sidiq, beliau  selalu menangis tersedu ketika sedang shalat, sehingga putrinya, Aisyah Ra, menjuluki ayahnya ini dengan “Rajulun Baky” atau lelaki yang suka menangis. Inilah salah satu bukti, bahwa sesungguhnya menangis bisa terjadi pada siapa saja,  dengan berbagai alasan yang berbeda.

Dalam Al Qur’an juga banyak dijelaskan tentang sifat orang-orang yang beriman yang apabila di sebutkan Nama Allah atau ketika dibacakan ayat-ayat suci Al Qur’an kemudian tersungkur, bersujud dan menangis dan semakin bertambah kekhusukannya kepada Allah:
“….Sesungguhnya orang-orang yang diberi pengetahuan sebelumnya apabila dibacakan Al Qur’an kepada mereka, mereka menyungkur atas muka mereka sambil bersujud, dan mereka berkata: “Maha Suci Tuhan kami; sesungguhnya janji Tuhan kami pasti dipenuhi. Dan mereka menyungkur atas muka mereka sambil menangis, dan mereka bertambah khusu’.(QS.Al Isra 17 :107 – 109)
Dalam ayat lain juga disebutkan: “…..dan dari orang-orang yang telah Kami beri petunjuk dan kami pilih. Apabila dibacakan ayat-ayat Allah Yang Maha Pemurah kepada mereka, maka mereka menyungkur dengan bersujud dan menangis. (QS. Maryam 19: 58).

Dalam sebuah hadits shahih yang diriwayatkan oleh Bukhari Muslim, yang menjelaskan tentang tujuh golongan manusia yang akan mendapat naungan Allah pada hari ketika tidak ada naungan kecuali naunganNya. Golongan yang ke tujuh adalah seseorang yang mengingat Allah ketika sedang sendirian lalu air matanya mengalir. Air mata yang mengalir sebagai bentuk pengakuan betapa keagungan Allah sungguh tiada bandingan, betapa tanpa pertolongan-Nya manusia bukanlah apa-apa, hanya ibarat  sebutir pasir di tengah luasnya gurun sahara. Betapa hebatnya, betapa mulianya, meski hanya sekedar air mata atau tangis yang sering dianggap orang sebagai bentuk kelemahan diri belaka. Tetapi air mata itulah yang suatu ketika nanti di hari kiamat yang akan menghadirkan naungan Allah di saat tidak ada tempat bernaung kecuali naunganNya. Subhanallah!

Maka kita tidak perlu malu untuk menangis, kalau memang itu bisa meringankan beban di hati kita. Dan betapa kita akan merasakan kelembutan di  hati kita tatkala kita sedang  bersujud,  tersungkur dan menangis di hadapan Allah, dalam tahajud di ujung malam malam kita, ketika kebanyakan manusia tengah terlelap dalam mimpinya, sementara kita bersimbah airmata dalam berjuta harap yang tak pernah lenyap atas kasih sayang dan ampunan-Nya. Tangis yang  akan menambah keimanan dan menyadarkan kita betapa tidak berdayanya kita tanpa pertolongan dan kasih sayang Allah. Tangis yang akan  semakin mendekatkan kita dan membawa kita berlabuh pada cinta-Nya.

Maka menangislah, untuk kelembutan hatimu dan Cinta Tuhan-mu…!

Wallahu a'lam bisshawab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar