Menangis? Mendengar kata ini mungkin yang terbayang dalam benak kita
adalah sifat cengeng, sikap lemah, dan rasa putus asa. Dan semua itu
selalu saja dihubung-hubungkan dengan perempuan. Padahal kenyataannya,
menangis tidak selamanya menggambarkan sifat2 negatif dan sikap yang
lemah. Dan menangis tak selamanya pula didominasi oleh kaum hawa,
karena priapun ternyata juga sering melakukannya meskipun tidak secara terbuka mengakuinya.
Menangis
bukanlah sesuatu yang harus membuat kita merasa malu, karena menangis
sebenarnya adalah salah satu bentuk ungkapan hati, sebuah luapan
perasaan yang emosional. Ekspresi ini bisa jadi merupakan wujud dari
kekurangan dan kelemahan kita bahwa dalam kondisi dan situasi tertentu,
ketika kita mengalami berbagai tekanan, mendapatkan bermacam cobaan
yang tak berkesudahan, maka ketika itu kita tak mampu menahan beratnya
beban perasaan. Akhirnya air matapun bercucuran. Tapi apapun alasannya,
yang terpenting tidak terlalu larut dalam tangis, atau sampai menjadi
histeris. Karena seringkali setelah menangis hati terasa lebih lega.
Bagi orang yang beriman, menangis juga merupakan bentuk kepasrahan dan ketundukan hati kita kepada Allah. Menangis di hadapan Allah adalah salah satu wujud kelembutan hati seorang mukmin. Ketika kita bisa menumpahkan airmata saat bersimpuh dihadapanNya, tangis dan iarmata itu yang akan menghadirkan kedamaian di hati kita, meskipun disaat yang sama kita akan merasa tidak berarti apa-apa dibandingkan betapa keagungan-Nya yang tiada batasnya. Sebaliknya apabila saat berdoa tak setitikpun airmata yang menetes di pipi kita, ketika itu yang terasa adalah betapa kerasnya hati kita. Saat itu mungkin akan timbul kesadaran
bahwa kita telah banyak melakukan kesalahan, sering lalai dan
mengabaikan perintah-perintah Allah sehingga tanpa kita sadari telah
semakin menjauhkan kita dari cinta dan kasih sayang-Nya. Hati yang keras karena kekhilafan dan
dosa-dosa kita membuat kita tak lagi mudah meneteskan airmata ketika
bersimpuh di hadapanNya.
Dalam sebuah riwayat disebutkan,
bahwa Rasulullah Saw pernah menangis ketika putra beliau Ibrahim
dipanggil oleh Allah Swt. Bahkan di lain waktu, ketika menjelang
beliau wafat, beliau juga pernah menangis di depan malaikat Jibril.
Hal ini dilakukan Rasulullah.saw karena mengkhawatirkan nasib umatnya
kelak di akhirat. Demikian pula Abu Bakar As Sidiq, beliau selalu
menangis tersedu ketika sedang shalat, sehingga putrinya, Aisyah Ra,
menjuluki ayahnya ini dengan “Rajulun Baky” atau lelaki yang suka
menangis. Inilah salah satu bukti, bahwa sesungguhnya menangis bisa
terjadi pada siapa saja, dengan berbagai alasan yang berbeda.
Dalam
Al Qur’an juga banyak dijelaskan tentang sifat orang-orang yang beriman
yang apabila di sebutkan Nama Allah atau ketika dibacakan ayat-ayat
suci Al Qur’an kemudian tersungkur, bersujud dan menangis dan semakin
bertambah kekhusukannya kepada Allah:
“….Sesungguhnya orang-orang
yang diberi pengetahuan sebelumnya apabila dibacakan Al Qur’an kepada
mereka, mereka menyungkur atas muka mereka sambil bersujud, dan mereka
berkata: “Maha Suci Tuhan kami; sesungguhnya janji Tuhan kami pasti
dipenuhi. Dan mereka menyungkur atas muka mereka sambil menangis, dan
mereka bertambah khusu’.(QS.Al Isra 17 :107 – 109)
Dalam ayat lain
juga disebutkan: “…..dan dari orang-orang yang telah Kami beri petunjuk
dan kami pilih. Apabila dibacakan ayat-ayat Allah Yang Maha Pemurah
kepada mereka, maka mereka menyungkur dengan bersujud dan menangis. (QS.
Maryam 19: 58).
Dalam sebuah hadits shahih yang diriwayatkan oleh
Bukhari Muslim, yang menjelaskan tentang tujuh golongan manusia yang
akan mendapat naungan Allah pada hari ketika tidak ada naungan kecuali
naunganNya. Golongan yang ke tujuh adalah seseorang yang mengingat Allah
ketika sedang sendirian lalu air matanya mengalir. Air mata yang mengalir sebagai bentuk pengakuan betapa keagungan Allah sungguh tiada bandingan, betapa tanpa pertolongan-Nya manusia bukanlah apa-apa, hanya ibarat sebutir pasir di tengah luasnya gurun sahara. Betapa hebatnya, betapa
mulianya, meski hanya sekedar air mata atau tangis yang sering dianggap
orang sebagai bentuk kelemahan diri belaka. Tetapi air mata itulah yang suatu ketika
nanti di hari kiamat yang akan menghadirkan naungan Allah
di saat tidak ada tempat bernaung kecuali naunganNya. Subhanallah!
Maka
kita tidak perlu malu untuk menangis, kalau memang itu bisa meringankan
beban di hati kita. Dan betapa kita akan merasakan kelembutan di hati
kita tatkala kita sedang bersujud, tersungkur dan menangis di hadapan
Allah, dalam tahajud di ujung malam malam kita, ketika kebanyakan
manusia tengah terlelap dalam mimpinya, sementara kita bersimbah airmata
dalam berjuta harap yang tak pernah lenyap atas kasih sayang dan
ampunan-Nya. Tangis yang akan menambah keimanan dan menyadarkan kita
betapa tidak berdayanya kita tanpa pertolongan dan kasih sayang Allah.
Tangis yang akan semakin mendekatkan kita dan membawa kita berlabuh
pada cinta-Nya.
Maka menangislah, untuk kelembutan hatimu dan Cinta Tuhan-mu…!
Wallahu a'lam bisshawab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar