Selasa, 10 Juli 2012

Catatan pengobat rindu

          Cukup lama juga aku nggak menjenguk blog-ku, kesibukan selama liburan kemarin seperti tak memberi kesempatan untukku sekedar untuk menuliskan beberapa baris kata, atau mengungkapkan bebarapa kalimat yang melukiskan kerinduanku untuk menulis. Meski aku bukan seorang penulis, tapi aneh aku sering merasa rindu untuk menulis. Tetapi seringkali tidak bisa menuangkannya dalam bentuk kata-kata.
          Yang aku ingat dari kecil aku bukanlah seorang anak yang gemar menulis tetapi aku lebih suka membaca cerita2 fiksi. Ketika aku masih duduk di bangku sekolah dasar aku hanya suka membaca buku-buku cerita ringan dari buku perpustakaan sekolah. Setiap hari sabtu bila tiba jadwal untuk meminjam buku, aku pasti sudah menunggu di depan perpustakaan sekolah untuk memilih katalog buku-buku yang aku inginkan. Waktu itu aku paling suka membaca cerita fiksi. Dan yang tak bisa aku lupakan aku dulu pernah punya pengarang favorit yaitu: Adam Saleh. Beliau banyak menulis tentang cerita2 dongeng yang waktu itu sangat populer, yaitu Cinderella, Putri Salju, Raja Kurcaci, Kucing bersepatu laras dan masih banyak lagiyang lain yang karena keterbatasanku aku tak bisa mengingatnya satu persatu. Jadi bila mencari katalog yang pertama aku lihat seringkali dari indeks nama pengarang dengan awal huruf A. Bika ketemu bukunya  Adam Saleh dan belum pernah aku baca pasti aku akan meminjamnya. Aku juga suka baca cerita tentang kisah pewayangan seperti Ramayana atau Mahabharata. Sebab kalau aku sedang baca buku itu di rumah di dekat bapak (almarhum) beliau pasti kemudian ikut bercerita yang menurutku tidak kalah menarik dengan cerita yang ada di buku. Bapak seperti hafal dengan tokoh-tokoh dalam cerita itu lengkap dengan karakternya masing-masing, sehingga mendengar cerita bapak seolah juga melihat tokoh yang sedang beliau ceritakan. Ah, menuliskan kisah ini aku jadi teringat mendiang Bapak. (Semoga beliau mendapatkan tempat yang mulia di sisi Allah Swt. Amiiin) Selain itu aku juga suka membaca buku-buku bunga rampai yang berisi kumpulan cerita atau tulisan tentang tips-tips tertentu.
          Kegemaranku membaca cerita fiksi berlanjut sampai aku melanjutkan ke MTs, bahkan sampai sekolah Aliyah. Dulu ada sebuah majalah cerita fiksi yang sangat populer saat itu, aku suka sekali membaca majalah itu. Karena aku gak bisa beli yang baru, aku hanya beli yang bekas saja, karena menurutku cerita kan kenal kadaluwarsa? Aku jadi hampir hafal penulis-penulis yang biasa menulis di majalah itu. Ada Tika Wisnu, Aan S. Kasiwar, Zara Zettira ZR, Sani B Nugroho dll, yang sekarang aku tahu lewat dunia maya bahwa mereka memang para penulis hebat. Dan aku bisa masih bisa menikmati tulisan mereka melalui beberapa catatan atau cerpen yang kebetulan di share di Facebook.
          Tulisan ini hanyalah sekedar untuk mengobati kerinduanku untuk menulis, mungkin tidak berarti apa-apa buat orang lain tetapi bagiku ini adalah obat dari rasa rinduku sendiri. ~~ to be continued ~~~~~~~

Sabtu, 23 Juni 2012

BUDAYA MENCORET2 SERAGAM SAAT KELULUSAN SEKOLAH


Hari kelulusan sekolah  merupakan peristiwa  yang sangat berkesan bagi seluruh siswa dan juga merupakan saat yang ditunggu-tunggu setelah usai menjalani kegiatan Ujian Nasional. Apalagi jika pengumuman yang sangat dinantikan tersebut betul-betul sesuai dengan yang diharapkan, mereka lulus dengan nilai yang bisa dibanggakan. Walaupun sebenarnya kebahagian yang mereka rasakan sejatinya adalah kebahagiaan yang semu, kebahagiaan yang sesaat. Karena setelah kelulusan mereka harus memikirkan akan melanjutkan kemana dan sebagaian dari mereka juga akan dihadapkan pada kehidupan yang sebenarnya, yakni hidup di tengah-tengah masyarakat dan menjadi bagian dari masyarakat itu sendiri.. Sehingga untuk merayakan kelulusan tersebut sebagian siswa mekngekspresikan kegembiraannya dengan berbagai cara. Diantara cara yang mereka lakukan adalah dengan mencoret-coret baju seragam.

          Pada saat pengumuman kelulusan sekolah seperti sudah merupakan sebuah tradisi para siswa merayakannya dengan mencoret-coret baju seragam. Kegiatan tersebut tampaknya sudah menjadi semacam budaya yang turun temurun dan sudah sangat sulit untuk dibendung dan dikendalikan. Meskipun sebelum kelulusan telah ada himbauan dari pihak sekolah bahkan dari Dinas Pendidikan setempat untuk tidak melakukan aksi mencoret-coret seragam sekolah pada saat kelulusan, namun bagi sebagian pelajar hal tersebut tampaknya sudah merupakan tradisi yang tidak bisa ditinggalkan bahkan mungkin harus diwariskan.  Mungkin juga bagi mereka hal itu adalah simbol telah selesainya pendidikan formal di sekolah yang ditinggalkan.
          Aksi corat-coret seragam sangat sulit untuk dikendalikan karena dilakukan diluar sekolah sehingga kewenangan sekolah sudah tidak ada lagi. Terlebih aksi tersebut tidak dilakukan oleh satu sekolah tertentu saja tetapi hampir seluruh lulusan sekolah melakukannya. Tidak hanya di kota-kota, di sekolah yang berada dikawasan pedesaan ternyata juga sudah banyak yang melakukan aksi tersebut. Sepertinya kegiatan mereka sudah  terkoordinasi dan direncanakan sebelumnya, hal ini hal ini bisa dilihat karena seringnya terjadi konvoi bersama-sama di jalanan setelah usai aksi mencoret-coret baju seragam.
            Jika aksi mencoret-coret baju seragam sekolah dan konvoi kendaraan tersebut masih dilakukan dalam batas-batas kewajaran dan tidak mengganggu ketertiban masyarakat mungkin masih bisa ditoleransi karena tidak menimbulkan masalah, tetapi bagaimana jika aksi tersebut dilakukan secara liar? Aksi ini tentunya mempunyai resiko yang tinggi, karena rentan akan terjadinya kecelakaan. Apalagi mereka mengendarai motor tanpa pengaman helm, ditambah dengan suara motor yang knalpotnya dilepas sehingga menimbulkan suara yang dapat memekakkan telinga, memenuhi hampir seluruh badan jalan raya. Hal itu tentu memaksa pengendara lain untuk  memberikan kesempatan kepada para lulusan yang konvoi di jalanan, sebagai antisipasi diri agar tidak terganggu. Tetapi apapun alasannya sebenarnya aksi tersebut merupakan tindakan yang yang sangat disayangkan dan seharusnya tidak dilakukan oleh para pelajar pada saat kelulusan.
Pihak sekolah sebenarnya dapat berusaha mengantisipasi agar aksi-aksi mencoret-coret baju seragam tidak dilakukan, salah satu upaya preventif yaitu dengan mewajibkan para siswa yang akan menerima pengumuman mengenakan pakaian adat atau pakaian nasional dan untuk tingkat SLTA para siswa laki-laki  berpakaian ala seorang eksekutif muda dengan mengenakan dasi.  Cara antisipasi lain yang bisa dilakukan sekolah adalah dengan cara menyampaikan pengumuman dengan mengantarkan pengumuman ke rumah masing-masing siswa, agar para siswa tidak datang ke sekolah dengan mengenakan seragam sekolah sehingga aksi corat coret seragam bisa dicegah. Pihak sekolah juga melakukan koordinasi dengan pihak kepolisian terdekat  agar pelaksanaan pengumuman berjalan dengan aman, tidak ada kerusuhan dan tidak ada aksi corat coret seragam sekolah yang dilanjutkan dengan konvoi di jalan raya. Namun demikian para lulusan sepertinya juga tidak pernah kehabisan akal, umumnya mereka sudah menyiapkan pakaian seragam dengan cara menitipkan di tempat tertentu.
            Melihat fenomena seperti ini perlu dilakukan usaha secara terus menerus dari pihak sekolah untuk menghimbau kepada para siswa agar tidak melakukan aksi-aksi yang tidak berguna bahkan bisa mengganggu ketertiban umum pada saat kelulusan. Misalnya dengan melakukan pembiasaan pembiasaan yang baik selama proses pembelajaran di sekolah, sehingga akan terbentuk karakter yang baik pada diri siswa. Akan tetapi pihak sekolah juga tidak bisa bekerja sendirian, tetapi harus juga ada koordinasi dengan orang tua, komite sekolah dan masyarakat agar secara bersama-masa melakukan usaha preventif  agar kebiasaan buruk tersebut tidak menjadi sebuah tradisi yang sulit untuk dihilangkan. Pihak Dinas Pendidikan juga harus memberikan dukungan dengan kebijakan yang tidak memberikan peluang terjadinya hal-hal negatif di kalangan para siswa. Selain itu juga perlu adanya pengawasan bahkan sanksi yang tegas dari pihak keamaan sehingga bisa memberikan pembelajaran dan memberi efek jera.
            Ada banyak hal positif yang bisa dilakukan para pelajar pada saat pengumuman kelulusan yang sangat berguna bagi diri pelajar itu sendiri dan umumnya bagi orang lain. Misalnya dengan mengumpulkan baju-baju seragam yang sudah tidak dipakai untuk disumbangkan kepada anak lain yang membutuhkan, mengadakan doa bersama yang dikoordinir oleh sekolah atau dengan melibatkan pihak orang tua dan wali murid. Jika hal tersebut dilakukan secara intensif dan terus menerus, budaya negatif di kalangan pelajar pada saat pengumuman kelulusan bisa diminimalkan bahkan tidak mungkin akhirnya bisa dihilangkan.


Sabtu, 26 Mei 2012

BELAJAR JADI DRIVER

Motivasi untuk melakukan sesuatu itu datangnya bisa dari mana saja. Tanpa adanya motivasi maka tidak akan ada aksi, jadi yang ada adalah stagnasi, tidak ada mobilisasi. Dan lama-lama bisa basi... Dan kekuatan motivasi pun ternyata juga bermacam-macam. Bisa biasa-biasa saja sehingga aksi yang terjadipun juga tidak luar biasa. Atau motivasi yang tidak memberi efek apa-apa sehingga meski ada motivasi maka juga tidak ada reaksi apa-apa. Dan motivasi yang mampu membangkitkan kekuatan untuk merubah keadaan, dari yang tidak bisa menjadi bisa, dari yang biasa menjadi luar biasa....

Maka aku juga tidak bisa mengatakan kira-kira motivasi yang kemudian menggerakkan aku sehingga mau belajar menjadi driver, ini termasuk kategori motivasi yang mana. Sebab kira-kira dua tahun yang lalu aku sudah pernah belajar juga, belum lagi lancar untuk mengoperasikan segala macam peralatan mobil jadulku, aku sudah kehilanagn keinginan untuk melanjutkan, sehingga  mana mungkin akan bisa mengemudikan mobil kebanggaanku itu... hehe... narsis.com. Maka belajarku itupun juga jadi sia-sia. Waktu itu aku hanya bisa mengendalikan roda empat  yang kuandalkan itu di tengah lapangan saja. Berputar-putar tanpa arah dan tujuan. Ya pokoknya jalaaan. Nampaknya saat itu nyaliku-pun tak ada tantangan jadi hanya ada sedikit ketakutan. Tapi begitu memasuki  jalan raya, ciuuuut, nyalikupun langsung mengkeret seperti kerupuk yang kehujanan. Jangankan untuk bisa mengendalikan yang aku kemudikan,  mengendalikan diriku sendiripun sama sekali tak ada keberanian. Akhirnya belajarku tidak aku lanjutkan. Saat itu aku yang aku pikirkan: "Ngapain juga susah-susah belajar mengendarai mobil sendiri, enakan tinggal naik lalu jalan...dan dijamin pasti aman... karena aku sudah punya sopir tersayang yang siap mengantarku kemanapun yang aku mau... hehe..."

Dan ternyata ketika kemudian datang motivasi yang lain, aku tidak bisa membohongiku diriku sendiri bahwa aku gak mau kalah saingan dengan saudara-saudaraku yang perempuan. Kalo tadinya  dua saudaraku yang lain sudah bisa, dan yang satu masih sama seperti aku belum bisa mengemudikan mobil sendiri, aku merasa,  masih ada teman yang juga sama-sama belum bisa. Maka aku merasa tenang-tenang aja. Tapi ketika satu-satunya saudaraku yang belum bisa itu memamerkan kemampuannya mengemudikan sendiri mobil barunya,  aku tidak bisa menyembunyikan keinginanku untuk belajar juga, apalagi dari segi usia dia jauh lebih senior, kenapa aku yang lebih muda tidak meniru pada semangatnya. Setidaknya aku bisa meniru semangatnya untuk lebih mandiri, dan tidak selalu bergantung pada suami. Dengan bisa menjadi driver sendiri  jika ada suami ada kesibukan  sehingga tidak bisa mengantarkan ke tujuan yang kita inginkan, kita bisa melakukan sendiri. Maka itu yang kemudian menjadi motivasiku untk kembali belajar, melanjutkan pelajaranku yang tertunda dua tahun lalu itu. Jadi bukan hanya karena takut kalah saingan.

Aku memang baru belajar, terutama mengendalikan ketakutanku sendiri ketika berada di belakang kemudi, mencoba menguasai diri dan membaca situasi jalan yang aku lewati. Bahkan untuk mengoperasikan segala peralatan mobil-pun aku masih sangat memerlukan ketelatenan, ketelitian dan kesabaran.Untunglah aku punya instruktur yang luar biasa, meski nada suaranya seringkali seperti sedang marah saat memberiku pengarahan, tapi aku tahu itu untuk keselamatanku dan tentu karena rasa sayangnya kepadaku. Terimakasih untuk suamiku, kalau sebelumnya yang memberi motivasi aku adalah saudara-saudara perempuanku maka sekarang suamiku adalah motivator nomor satu. hehehe...

Bingung juga tadi mau nulis apa, maka aku tulis saja ceritaku ini....

 (To be continued...............)


Senin, 07 Mei 2012

Menjadi Pengawas UN, bukan-lah pekerjaan mudah.

Sebenarnya catatan ini aku tulis sudah agak lama, yaitu ketika aku sedang mengawasi Ujian Nasional SMP akhir April lalu. Sekedar untuk mengisi kejenuhan. Setelah menyelesaikan penulisan berita acara, presensi dan mengedarkannya serta mengecek identitas semua peserta ujian untuk memastikan bahwa mereka telah mengisinya dengan benar, hanya duduk manis selama hampir dua jam sambil melototin siswa yang sedang mengerjakan soal-soal ujian ternyata cukup menjenuhkan. Karena tahun ini agak berbeda dengan tahun-tahun kemarin, dimana tempat duduk pengawas saling berdekatan sehingga bisa sambil "bisik-bisik" dengan teman sesama pengawas. Sekarang tempat duduk sengaja dibuat berjauhan, agar pengawas bisa konsen sepenuhnya dalam mengawasi para siswa. Tapi sebenarnya aku  lebih suka kondisi seperti ini. Pengawasan bisa lebih optimal dan  tidak banyak memberi kesempatan anak untuk bekerja sama, lirik sini, lirik sana. Dengan begitu tingkat kejujuran menjadi lebih tinggi yang berati hasil ujian lebih mencerminkan kemampuan siswa yang sebenarnya. Meski kenyataannya masih ada saja yang mencuri-curi kesempatan untuk bisa berbincang2 dengan sesama teman pengawas lainnya.

Menjadi pengawas ujian yang nampaknya sebuah pekerjaan yang mudah, ternyata tidak sesederhana yang dipikirkan banyak orang. Sebagai contoh aku sendiri yang sudah berkali-kali menjadi pengawas, di hari pertama masih merasa nerves juga, takut akan terjadi kesalahan. Begitu juga dengan banyak pengawas lainnya. Nyatanya sesama pengawas satu ruangan kami selalu saling bertanya dan memastikan bahwa tidak terjadi kesalahan dalam kepengawasan yang kami laksanakan. Apalagi bagi pengawas pemula. Hal ini terbukti juga dengan adanya beberapa kesalahan yang dilakukan di hari pertama. Ada yang tanda tangannya belum lengkap, sebagian lagi keliru memasukkan daftar hadir dan berita acara bersama LJUN yang mestinya hanya 1 lembar tapi yang dimasukkan dua lembar, ada juga yang pakta integritas  ditaruh li luar sampul, padahal  mestinya disertakan bersama LJUN. Memang bukan kesalahan yang fatal tetapi tetapi hal ini menandakan bahwa masih saja ada pengawas yang kurang optimal melaksanakan tugasnya. Bisa jadi karena keteledoran atau sekedar merasa gugup sehingga tak sengaja melakukan kesalahan.

Ada peristiwa yang cukup menghebohkan. Karena kurangnya kehati-hatian dan ketelitian pengawas, di salah satu sekolah ada satu ruang yang  terpaksa harus mengulang untuk mengikuti Ujian lagi. Karena pengawas lupa membagikan paket soal tidak sesuai dengan denah yang sudah ditentukan. Akibatnya kedua pengawas tersebut diberikan sangsi oleh dinas agar tidak mengawasi lagi dihari berikutnya, juga diberikan peringatan secara tertulis.  Sebenarnya kalau peristiwa ini diselesaikan dengan tenang dan ada koordinasi dengan panitia setempat dan beberapa unsur yang terkait mungkin tidak perlu terjadi pengulangan, karena pada prinsipnya para siswa sudah menjawab soal dan mengisi kode paket sesuai dengan yang tertera pada soal. Pengaturan denah paket pada masing-masing ruang pada prinsipnya hanya untuk meminimalkan ketidakjujuran dan upaya saling bekerjasama antar peserta ujian. Karena siswa dengan kode paket soal yang sama diatur agar berjauhan. Peristiwa ini memberikan pelajaran agar kita selalu memperhatikan setiap ketentuan yang diberlakukan dan bahwa dalam kondisi apapun kita mesti harus tetap bersikap tenang dan hati-hati, dan tidak lupa untuk selalu ada koordinasi.

Mencermati Ujian Nasional tahun ini, banyak memberikan nuansa baru. Karena banyak hal-hal baru yang diterapkan pada pelaksanaan ujian tahun ini. Sepertinya pemerintah berusaha semaksimal mungkin menjaga kejujuran pelaksanaan ujian nasional dan juga menjaga kridibilitas hasil ujian. Paket soal masih sama dengan tahun yang lalu yaitu sebanyak lima paket, hanya kodenya yang dibuat berbeda dengan tahun sebelumnya. Tetapi denah pembagian paket soal ditentukan oleh panitia tingkat propinsi. Panitia lokal dan pengawas tidak mengetahui sebelumnya tentang denah tersebut. Pengawas ruang juga baru bisa melihat denah itu setelah membuka soal-soal ujian. Penyegelan soal juga sangat ketat, sampul soal dibuat berlapis yang masing-msing disegel dengan stiker yang sengaja dibuat terpecah2 sehingga kalau ada yang membuka segel tersebut pasti akan rusak dan sobek menjadi beberapa bagian. Ada sampul luar yang disegel, berisi sampul soal yang juga disegel dan sampul LJUN. Hasil LJUN penyegelannya dilakukan oleh pengawas ruang di ruang ujian nasional dengan menggunakan segel stiker yang sama seperti sampul soal tadi. Sehingga jika tidak berhati-hati ketika membuka stiker itu bisa terpecah menjadi beberapa bagian. Maka tak heran jika dihari pertama ada beberapa segel hasil LJUN yang rusak dan terpecah menjadi tiga atau empat bagian. Kekuranghati2an dan ketergesaan pengawas saat membukanya bisa menyebabkan stiker itu sobek.

Dengan penyegelan yang demikian ketat tersebut sebenarnya peluang kebocoran soal sangatlah kecil. Tetapi anehnya masih saja ada berita tentang kebocoran soal di berbagai tempat yang setelah dicek kebenaran jawabannya mencapai sembilapuluh persen. Berarti memang kemungkinan besar berita itu bukan sekedar isapan jempol belaka. Kalau ada peristiwa seperti ini berarti pasti ada keterlibatan pihak-pihak tertentu yang menghalalkan segala cara untuk bisa meluluskan para siswanya.


Pengawas ruang ujian nasional  memiliki peran yang sangat penting dalam mengantisipasi adanya kecurangan selama pelaksanaan ujian. Dalam satu ruangan hanya terdiri dari duapuluh peserta, dan di ruangan tertentu yaitu ruang terakhir di suatu sekolah bisa kurang dari itu karena merupakan sisa dari ruang sebelumnya. Pengaturan tempat duduk diatur agak jarang dan tidak berdempetan. Dengan pengawas sebanyak dua orang  tidak sulit untuk bisa melihat setiap gerak gerik peserta ujian sekecil apapun.  Jika pengawas melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya akan bisa diketahui denga mudah jika ada yang melakukan kecurangan. Termasuk jika diantara peserta ujian ada yang mendapat suplai jawaban baik melalui hp atau kertas jawaban. Gerakan anak ketika membuka hp atau menyalin jawaban bisa diketahui, juga ketika anak tersebut harus mengedarkan atau memberitahukan jawaban kepada teman yang paketnya sama. Karena peserta dengan paket yang sama tempat duduknya relatif berjauhan. Pengawas ruang juga diberikan kewenangan penuh untuk melakukan tindakan yang diperlukan bila terjadi kecurangan. Jadi meski seandainya  ada kebocoran soal sebelum pelaksanaan ujian, tetapi peredaran jawabannya bisa dicegah di ruang ujian. Sehingga kebocoran soal yang terjadi sebelumnya tidak berarti apa-apa karena jawabannya tidak bisa sampai kepada siswa. Inilah sebenarnya begitu pentingnya tugas seorang pengawas ruang Ujian Nasional. Mereka punya tanggung jawab yang besar untuk menjaga kredibelitas hasil ujian dibawah pengawasannya.


Tetapi pada kenyataannya apakah semua berjalan seperti yang diharapkan? Inilah sulitnya. Semua seolah sudah dikondisikan agar pelaksanaan Ujian Nasional bisa berjalan agak longgar, seolah semua telah diatur sedemikian rupa sehingga peserta ujian bisa saling bantu dalam mengerjakan soal-soal. Meski mungkin masih ada juga pengawas yang melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya. Tetapi jumlahnya bisa dihitung dengan jari, itupun harus rela berbenturan dengan pengawas lainnya yang tidak sejalan bahkan mungkin akan tersisihkan oleh sistem. Jadi siapa bilang menjadi pengawas ujian nasional itu mudah?

Sebenarnya kalau kita mau jujur kelulusan yang dicapai dengan kecurangan pastilah merugikan siswa itu sendiri baik dari segi mental maupun masa depannya.  Anak akan menjadi pribadi yang tidak bisa mandiri dan selalu menggantungkan diri kepada orang lain, malas berusaha, dan akan cenderung mencari jalan pintas untuk memperoleh apa yang diinginkannya dengan "menghalalkan" berbagai cara. Mereka seperti diajarkan untuk melakukan itu semua. Jadi bagaimana mungkin mereka akan menjadi generasi yang bisa diandalkan?

Rasanya ini menjadi pekerjaan rumah besar bagi semua insan yang terlibat dalam dunia pendidikan, agar ujian nasional benar-benar terlaksana dengan penuh kejujuran dan hasinya memiliki kredibelitas yang tinggi. Tidak sekedar mencapai target lulus 100% tetapi kenyataannya hanya ibarat membangun istana di atas pasir...

Wallahu a'lam bisshawab...

(Meski aku mengawasi sambil menulis catatan ini aku tetap melaksanakan tugas kepengawasan dengan sebaik-baiknya...)

Selasa, 10 April 2012

Belajar dari masalah...

Hidup ini ibarat sebuah perjalanan, banyak liku-likunya, licin, bergelombang, dan banyak sandungan. Terkadang terjal dan mendaki lalu tiba-tiba menurun sehingga membuat seseorang terjungkal bila tidak siap menghadapinya.Sama dengan permasalahan yg sering kita hadapi, hampir tidak pernah sepi, selalu datang dan pergi. Tetapi inilah hidup. Selama nafas masih dikandung badan masalah memang tidak pernah selesai.Dalam belitan masalah yang seolah tdk pernah berakhir itu sebenarnya setiap orang pasti  memiliki cara untuk menyelesaikannya, seseorang akan belajar dengan sendirinya. Pengalaman akan selalu memberikan pelajaran kepada kita. Seperti kata sebuah ungkapan: pengalaman adalah guru yang terbaik. Kata orang:  orang yang pintar adalah yang selalu bisa mengambil pelajaran dari masa lalunya dan menjadikannya bahan perenungan untuk menentukan setiap tindakan berikutnya. Orang yang baik bukan orang yang tak pernah salah, tetapi orang yang menyadari kesalahannya dan segera berusaha memperbaikinya. (Begitulah kata Bang Haji Rhoma Irama, hahaha...)

Seperti  penyakit yang menyerang tubuh kita, setiap ada penyakit yang masuk ke dalam tubuh, maka secara otomatis tubuh akan membentuk antibodi, daya kekebalan untuk melawan. Semakin berat penyakit, antibody makin memberikan kekuatan untuk bertahan, meski tentu sampai pada batas tententu, ketika tubuh tak kuat lagi melawannya, kita membutuhkan bantuan dari luar juga. Begitulah Allah memberi kita potensi. Allah memberikan penyakit, pasti disertai dengan obatnya. Begitu juga dengan permasalahan yang melingkupi diri kita. Jika Allah memberikan permasalahan pasti juga memberikan jalan penyelesaian. Tetapi kita sering tidak menyadari dengan kemampuan kita sendiri. Atau karena memang kita yang tidak mau memanfaatkannya, karena selalu saja ada kecenderungan untuk mencari kemudahan?

Mungkin memang sudah kodrat manusia selalu mencari yang mudah, sehingga setiap menemukan kesulitan cenderung menghindar seolah kesulitan memang sesuatu yang seharusnya dijauhkan. Padahal bukankah tidak akan pernah ada kata mudah jika tidak ada kata susah. Keduanya seperti dua sisi mata uang yang yang tidak bisa dipisahkan. Tetapi anehnya kebanyakan kita memang hanya mencari satu sisi yang paling kita sukai yang disebut kemudahan. Kesulitan memang seringkali dihindari, padahal sebenarnya kesulitan itu bukan untuk dijauhi tetapi untuk dipecahkan dan dicarikan jalan penyelesaian. Jika selamanya kita menghindari permasalahan maka sesungguhnya kita tidak akan pernah belajar. Seseorang akan jadi pintar setelah mampu melewati ujian demi ujian. Seseorang akan jadi lebih tangguh setelah dihadapkan pada rintangan dan tantangan kemudian mampu ia taklukkan.

Seseorang yang tidak pernah menghadapi kesulitan dalam perjalanan hidupnya akan tumbuh menjadi sebuah pribadi yang rapuh. Masalah yang kecil saja akan menjadikan sebuah kebingungan yang besar dan keputus asaan-lah yang akan menimpanya ketika tak ditemukan jalan keluar . Ibarat sebatang pohon yang akan mudah patah meski hanya oleh angin yang bertiup tak seberapa. Juga meski hanya dengan sebuah sentuhan yang kecil saja.Tetapi lihatlah sebatang pohon bambu yang biasa diterpa kencangnya angin, ia tidak mudah tumbang meski angin demikian kuat menerpa. Seperti itu pula sebuah pribadi yang sudah terbiasa menghadapi berbagai macam persoalan dalam kehidupannya, tidak akan mudah putus asa meski sebesar apapun kesulitan yang dihadapinya.  Maka sebenarnya kesulitan dan masalah adalah cara Allah menjadikan kita menjadi orang yang kuat dan tak mudah menyerah oleh berbagai masalah.

 "Maka sesungguhnya beserta kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya beserta kesulitan itu ada kemudahan, Apabila kamu telah selesai dalam satu urusan, maka segeralah mengerjakan urusan yang lain. Dan hanya kepada Tuhanmu-lah hendaknya engkau berharap". QS. Al Insyirah: 5-8.

"Menangislah, untuk Cinta Tuhan-mu...!"

Menangis? Mendengar kata ini mungkin  yang terbayang dalam benak kita adalah sifat cengeng, sikap lemah, dan rasa putus asa. Dan semua itu selalu saja dihubung-hubungkan dengan perempuan. Padahal kenyataannya, menangis tidak selamanya menggambarkan sifat2 negatif dan sikap yang lemah. Dan menangis  tak selamanya pula didominasi oleh kaum hawa, karena priapun ternyata juga sering melakukannya meskipun tidak secara terbuka mengakuinya.

Menangis bukanlah sesuatu yang harus  membuat kita merasa malu, karena menangis sebenarnya adalah salah satu bentuk ungkapan hati, sebuah luapan  perasaan yang emosional. Ekspresi ini bisa  jadi merupakan wujud dari kekurangan dan kelemahan  kita bahwa dalam kondisi dan situasi tertentu, ketika kita mengalami berbagai tekanan, mendapatkan bermacam cobaan yang tak berkesudahan, maka ketika itu kita tak mampu menahan beratnya beban perasaan. Akhirnya air matapun bercucuran. Tapi apapun alasannya, yang terpenting tidak terlalu larut dalam tangis, atau sampai menjadi histeris. Karena seringkali setelah menangis hati terasa lebih lega.

Bagi orang yang beriman, menangis juga merupakan  bentuk kepasrahan dan ketundukan hati kita kepada Allah. Menangis di hadapan Allah adalah salah satu wujud kelembutan hati seorang mukmin. Ketika kita bisa menumpahkan airmata  saat bersimpuh dihadapanNya, tangis dan iarmata itu yang akan menghadirkan kedamaian di hati kita, meskipun disaat yang sama kita akan merasa tidak berarti apa-apa dibandingkan betapa keagungan-Nya yang tiada batasnya. Sebaliknya apabila saat berdoa tak setitikpun airmata yang menetes di pipi kita, ketika itu yang terasa adalah betapa kerasnya hati kita. Saat itu mungkin akan timbul kesadaran bahwa kita telah banyak melakukan kesalahan, sering lalai dan mengabaikan perintah-perintah Allah sehingga tanpa kita sadari telah semakin menjauhkan kita dari cinta dan kasih sayang-Nya.  Hati yang keras karena kekhilafan dan dosa-dosa  kita membuat kita tak lagi mudah meneteskan airmata ketika bersimpuh di hadapanNya.

Dalam sebuah riwayat disebutkan, bahwa Rasulullah Saw pernah menangis ketika putra beliau Ibrahim dipanggil oleh Allah Swt. Bahkan di lain waktu, ketika menjelang beliau wafat, beliau juga pernah menangis di depan malaikat Jibril. Hal ini dilakukan Rasulullah.saw karena mengkhawatirkan nasib umatnya kelak di akhirat. Demikian pula Abu Bakar As Sidiq, beliau  selalu menangis tersedu ketika sedang shalat, sehingga putrinya, Aisyah Ra, menjuluki ayahnya ini dengan “Rajulun Baky” atau lelaki yang suka menangis. Inilah salah satu bukti, bahwa sesungguhnya menangis bisa terjadi pada siapa saja,  dengan berbagai alasan yang berbeda.

Dalam Al Qur’an juga banyak dijelaskan tentang sifat orang-orang yang beriman yang apabila di sebutkan Nama Allah atau ketika dibacakan ayat-ayat suci Al Qur’an kemudian tersungkur, bersujud dan menangis dan semakin bertambah kekhusukannya kepada Allah:
“….Sesungguhnya orang-orang yang diberi pengetahuan sebelumnya apabila dibacakan Al Qur’an kepada mereka, mereka menyungkur atas muka mereka sambil bersujud, dan mereka berkata: “Maha Suci Tuhan kami; sesungguhnya janji Tuhan kami pasti dipenuhi. Dan mereka menyungkur atas muka mereka sambil menangis, dan mereka bertambah khusu’.(QS.Al Isra 17 :107 – 109)
Dalam ayat lain juga disebutkan: “…..dan dari orang-orang yang telah Kami beri petunjuk dan kami pilih. Apabila dibacakan ayat-ayat Allah Yang Maha Pemurah kepada mereka, maka mereka menyungkur dengan bersujud dan menangis. (QS. Maryam 19: 58).

Dalam sebuah hadits shahih yang diriwayatkan oleh Bukhari Muslim, yang menjelaskan tentang tujuh golongan manusia yang akan mendapat naungan Allah pada hari ketika tidak ada naungan kecuali naunganNya. Golongan yang ke tujuh adalah seseorang yang mengingat Allah ketika sedang sendirian lalu air matanya mengalir. Air mata yang mengalir sebagai bentuk pengakuan betapa keagungan Allah sungguh tiada bandingan, betapa tanpa pertolongan-Nya manusia bukanlah apa-apa, hanya ibarat  sebutir pasir di tengah luasnya gurun sahara. Betapa hebatnya, betapa mulianya, meski hanya sekedar air mata atau tangis yang sering dianggap orang sebagai bentuk kelemahan diri belaka. Tetapi air mata itulah yang suatu ketika nanti di hari kiamat yang akan menghadirkan naungan Allah di saat tidak ada tempat bernaung kecuali naunganNya. Subhanallah!

Maka kita tidak perlu malu untuk menangis, kalau memang itu bisa meringankan beban di hati kita. Dan betapa kita akan merasakan kelembutan di  hati kita tatkala kita sedang  bersujud,  tersungkur dan menangis di hadapan Allah, dalam tahajud di ujung malam malam kita, ketika kebanyakan manusia tengah terlelap dalam mimpinya, sementara kita bersimbah airmata dalam berjuta harap yang tak pernah lenyap atas kasih sayang dan ampunan-Nya. Tangis yang  akan menambah keimanan dan menyadarkan kita betapa tidak berdayanya kita tanpa pertolongan dan kasih sayang Allah. Tangis yang akan  semakin mendekatkan kita dan membawa kita berlabuh pada cinta-Nya.

Maka menangislah, untuk kelembutan hatimu dan Cinta Tuhan-mu…!

Wallahu a'lam bisshawab.

Sabtu, 24 Maret 2012

MAKALAH PEMBELAJARAN PAI



STRATEGI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
            Usaha untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil pendidikan khususnya Pendidikan Agama Islam senantiasa terus dikembangkan melalui pengkajian berbagai komponen pendidikan. Perbaikan dan penyempurnaan kurikkulum, bahan ajar, manajemen pendidikan, proses belajar mengajar dan lain-lain sudah banyak dilakukan. Tujuan utamanya adalah untuk memajukan pendidikan nasional dan meningkatkan hasil pendidikan, tidak terkecuali bidang Pendidikan Agama Islam.
            Perbaikan dan penyempurnaan sistem pembelajaran merupakan upaya yang paling nyata dalam meningkatkan proses dan hasil belajar para siswa sebagai salah satu indikator kemajuan dan kualitas pendidikan. Proses belajar mengajar merupakan inti dari kegiatan pendidikan di sekolah, agar tujuan pendidikan dan pengajaran berjalan dengan benar. Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa itu merupakan syarat utama bagi berlangsungnya proses belajar mengajar. Interaksi dalam peristiwa belajar mengajar mempunyai arti luas, tidak sekedar hubungan antara guru dan siswa, berupa materi pelajaran, melainkan penanaman sikap dan nilai pada diri siswa yang sedang belajar Upaya tersebut diarahkan kepada kualitas pembelajaran sebagai sebuah proses yang diharapkan dapat menghasilkan kualitas hasil belajar siswa
            Strategi pembelajaran adalah salah satu upaya  yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Komponen-komponen pendidikan dan pengajaran diatur sedemikian rupa sehingga memiliki fungsi yang optimal dalam mencapai tujuan pengajaran dan pendidikan. Strategi pembelajaran juga memberikan alternatif terhadap proses pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di kelas. Semua sumber belajar , baik manusia maupun  sarana dan prasarana dirancang dan direncanakan untuk membantu proses belajar para siswa. 
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas dalam makalah tentang Strategi Pembelajaran dalam Pendidikan Islam ini akan membahas hal-hal sebagai berikut:
1.      Pengertian Strategi Pembelajaran
2.      Prinsip-prinsip Belajar dan pembelajaran.
3.      Kriteria Pemilihan Strategi  Pembelajaran.
4.      Faktor-faktor yang mempengaruhi Pembelajaran PAI
5.      Pengembangan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam.

BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Strategi Pembelajaran
Ada berbagai pengertian  strategi pembelajaran yang dikemukakan oleh para ahli pembelajaran (instructional technology), di antaranya akan dipaparkan sebagai berikut:
a. Kozna (1989) secara umum menjelaskan bahwa strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai setiap kegiatan yang dipilih, yaitu yang dapat memberikan fasilitas atau bantuan kepada peserta didik menuju tercapainya tujuan pembelajaran tertentu.
b. Gerlach dan Ely (1980) menjelaskan bahwa strategi pembelajaran merupakan cara-cara yang dipilih untuk menyampaikan metode pembelajaran merupakan cara- cara yang dipilih untuk menyampaikan metode pembelajaran dalam lingkungan pembelajaran tertentu
c. Dick dan Carey (1990) menjelaskan bahwa strategi pembelajaran terdiri atas seluruh komponen materi pembelajaran dan prosedur atau tahapan kegiatan belajar yang/atau digunakan oleh guru dalam rangka membantu peserta didik mencapai tujuan pembelajaran tertentu.
d. Gropper (1990) mengatakan bahwa strategi pembelajaran merupakan pemilihan atas berbagai jenis latihan tertentu yang sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.[1]
Menurut Drs, Muhaimin, M.A. Strategi Pembelajaran adalah metode untuk menata interaksi antara peserta didik dengan komponen-komponen metode pembelajaran lain, seperti pengorganisasian dan penyampaian isi pembelajaran. Strategi pengelolaan pembelajaran PAI berupaya untuk menata interaksi peserta didik dengan memperhatikan empat hal, yaitu: (1), Penjadwalan kegiatan pembelajaran yang menunjukkan tahap-tahap kegiatan yang harus ditempuh peserta didik dalam pembelajaran. (2). Membuat catatan kemajuan belajar  peserta didik melalui penilaian yang komprehensip dan berkala selama proses pembelajaran berlangsung maupun sesudahnya. (3). Pengelolaan motivasi peserta didik dengan menciptakan cara-cara yang mampu meningkatkan motivasi belajar peserta didik. (4). Pengawasan belajar yang mengacu pada pemberian kebebasan untuk memilih tindakan belajar yang sesuai dengan karakteristik peserta didik. [2]
Memerhatikan beberapa pengertian strategi pembelajaran di atas , dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran merupakan cara-cara yang akan dipilih dan digunakan oleh seorang pengajar untuk menyampaikan materi pembelajaran sehingga akan memudahkan peserta didik menerima dan memahami materi pembelajaran, yang pada akhirnya tujuan pembelajaran dapat dikuasainya di akhir kegiatan belajar

B.     Prinsip-prinsip Belajar dan Pembelajaran
Sebelum memulai proses pembelajaran hendaknya dipahami dulu prinsip-prinsip belajar dan pembelajaran yang mengacu pada teori belajar dan pembelajaran. Hal ini dilakukan untuk memilih dan menentukan metode pembelajaran yang tepat yang akan diterapkan dalam proses belajar-mengajar. Prinsip-prinsip tersebut antara lain adalah:
1.      Prinsip Kesiapan (Readiness)
Salah satu faktor yang mempengaruhi proses belajar adalah kesiapan peserta didik yaitu kesiapan kondisi fisik dan psikisnya.  Peserta didik yang belum siap melaksanakan tugas belajar akan mengalami kesulitan atau bahkan putus asa dalam belajar. Kesiapan ini meliputi kematangan dan pertumbuhan fisik dan psikis, tingkat kepandaian, pengalaman belajar sebelumnya, motivasi dan lain-lain. Sehingga untuk merancang rencana pembelajaran perlu dilakukan hal-hal berikut:
a.       Materi atau tugas yang diberikan disesuaikan dengan tingkat usia, kemampuan, dan latar belakang pengalamanpeserta didik.
b.      Sebelum mulai pembelajaran perlu dilakukan tes untuk mengetahui tingkat kesiapan dan kemampuan peserta didik.
c.       Bahan-bahan dan tugas-tugas belajar dipersiapkan secara bervariasi sesuai dengan faktor kesiapan kognitif, afektif dan psikomotor peserta didik.[3]

2.      Prinsip motivasi (motivation)
Adanya motivasi yang tinggi untuk belajar  pada diri peserta didik, yang ditandai dengan bersungguh-sungguh dan menunjukkan minat serta perhatian dan rasa ingin tau yang kuat untuk ikut serta dalam kegiatan belajar, berusaha keras dan meluangkan waktu yang cukup untuk belajar serta menyelesaikan tugas. Berdasarkan sumbernya, motivasi ada dua yaitu motivasi intrinsik yaitu  motivasi yang datang dari dalam diri peserta didik dan motivasi ekstrinsik yakni motivasi yang berasal dari lingkungan di luar diri peserta didik.       Dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam hendaknya selalu diusahakan  agar dapat menimbulkan motivasi intrinsik dengan penerapan metode pembelajaran yang dapat menumbuhkan motivasi belajar dalam diri peserta didik. Sedangkan untuk menumbuhkan motivasi ekstrinsik adalah dengan menciptakan suasana lingkungan yang religius yang akan memotivasi belajar peserta didik untuk mencapai tujuan Pendidikan Agama Islam.[4]
3.      Prinsip partisipasi peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar.
Prinsip ini adalah salah satu prinsip yang sangat penting dalam pembelajaran. Minat belajar yang tinggi yang diikuti oleh tercurahnya perhatian pada kegiatan belajar mengajar akan membawa peserta didik ke suasana berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran. Keaktifan peserta didik tidak hanya dilihat dari gerakan-gerakan badaniah saja, tetapi juga dari keaktifan mereka secara akliah dan batiniyah misalnya perhatian peserta didik yang terfokus pada isi ceramah  yang disampaikan oleh guru, tanya jawab, berdiskusi, mengerjakan tugas serta kegiatan-kegiatan lain yang mendukung kegiatan belajar mengajar, sehingga pikiran dan perasaan peserta didik tidak berpindah pada obyek lain. Dalam merancang rencana pembelajaran hendaknya guru menyiapkan cara-cara agar peserta didik dapat selalu berpartisipasi aktif dalam proses belajar-mengajar, sehingga tidak menjadi peserta yang pasif.[5]
4.      Prinsip Persepsi
Persepsi adalah suatu proses yang bersifat kompleks yang menyebabkan seseorang dapat menerima dan menyerap informasi yang diperoleh dari lingkungannya. Semua proses belajar mengajar selalu dimulai dari persepsi yaitu setelah peserta didik menerima stimulus berupa materi pembelajaran dari guru. Persepsi dianggap sebagai tahap awal dari pemahaman kognitif peserta didik yang bersifat relatif, selektif dan teratur. Karena itu sejak dini kepada peserta didik perlu ditanamkan persepsi yang baik dan akurat mengenai apa yang akan dipelajari. Jika peserta didik memiliki persepsi yang salah terhadap apa yang dipelajari, maka untuk selanjutnya akan sulit merubah persepsi yang sudah melekat tersebut. Untuk membentuk persepsi yang benar pada diri peserta didik yang perlu diperhatikan adalah dalam pembelajaran diperlukan penjelasan yang benar dan jelas tentang materi pelajaran tertentudan juga mengupayakan berbagai sumber belajar yang mendukung pemahaman yang benar pada diri peserta didik mengenai apa yang sedang dipelajari.[6]


5.      Prinsip Retensi yaitu mengingat kembali materi pembelajaran yang sudah dipelajari oleh peserta didik. Dengan retenzi membuat apa yang sudah dipelajari dapat bertahan atau tinggal lebih lama dalam struktur kognitif dan dapat diingat kembali apabila diperlukan.

C.     KRITERIA PEMILIHAN STRATEGI PEMBELAJARAN
Pemilihan strategi pembelajaan yang akan digunakan dalam proses pembelajaran harus berorientasi pada tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Selain itu, juga harus disesuaikan dengan jenis materi, karakteristik peserta didik, serta situasi atau kondisi dimana proses pembelajaran tersebut akan berlangsung. Terdapat beberapa metode dan tehnik pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru, tetapi tidak semuanya sama efektifnya dapat mencapai tujuan pembelajaran. Untuk itu dibutuhkan kreativitas guru dalam memilih strategi pembelajaran tersebut.
Ada beberapa kriteria yang dapat digunakan dalam memilih strategi pembelajaran, yaitu sebagai berikut.
1.      Berorientasi pada tujuan pembelajaran. Tipe perilaku apa yang diharapkan dapat dicapai oleh peserta didik
2.      Pilih tehnik pembelajaran sesuai dengan keterampilan yang diharapkan dapat dimiliki.
3.      Gunakan media pembelajaran yang sebanyak mungkin dan sesuai yang dapat memberikan rangsangan dan membantu peserta didik memahami dan menguasai materi pelajaraqn yang disampaikan.
Selain kriteria diatas, pemilihan strategi pembelajaran dapat dilakukan dengan memerhatikan pertanyaan-pertanyaan dibawah ini.
1.      Apakah materi pelajaran paling tepat disampaikan secara klasikal (serentak bersama-sama dalam satu satuan waktu)?
2.      Apakah materi pelajaran sebaiknya dipelajari peserta didik secara individual sesuai dengan kecepatan belajar masing-masing?
3.      Apakah pengalaman langsung hanya dapat berhasil diperoleh dengan jalan praktik langsung dalam kelompok dengan guru atau tanpa kehadiran guru?
4.      Apakah diperlukan diskusi atau konsultasi secara individual antara guru dan siswa?[7]

D.    Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Pembelajaran adalah upaya untuk menjabarkan nilai-nilai yang terkandung dalam kurikulum dengan mengalisis tujuan pembelajaran dan karakteristik isi bidang studi Pendidikan Agama Islam yang terkandung dalam kurikulum. Selanjutnya dilakukan kegiatan memilih, menetapkan dan mengembangkan cara-cara (strategi) pembelajaran yang tepat untuk mencapai tujuan pembelajaran yang ditetapkan sesuai dengan kondisi yang ada, agar kurikulum dapat teraktualisasi dalam proses pembelajaran sehingga hasil belajar terwujud dalam diri peserta didik.
Dalam Pembelajaran ada tiga komponen utama atau faktor yang saling berpengaruh dalam proses pembelajaran pendidikan Agama, yaitu:
1.      Kondisi pembelajaran Pendidikan Agama. Faktor kondisi ini berhubungan dengan pemilihan, penetapan dan pengembangan metode pembelajaran PAI. Kondisi pembelajaran PAI dapat diklasifikasi menjadi tujuan pembelajaran, karakteristik bidang studi dan kendala pembelajaran PAI. Tujuan pembelajaran PAI adalah hasil yang diharapkan dapat dicapai dalam proses pembelajaran. Karakteristik bidang studi PAI adalah aspek yang terbangun dalam stuktur isi atau tipe isi bidang studi, berupa fakta, konsep, dalil/hukum, prinsip/kaidah, prosedur dan keimanan yang menjadi landasan dalam mendeskripsikan strategi pembelajaran. Sedangkan kendala pembelajaran adalah bisa berupa keterbatasan sumber belajar, keterbatasan alokasi waktu atau keterbatasan media pembelajaran.
2.      Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Metode adalah cara-cara tertentu yang paling sesuai untuk dapat diterapkan dalam pembelajaran PAI untuk mencapai tujuan yang diinginkan, tujuan pembelajaran yang meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotor.
3.      Hasil Pembelajaran.
Hasil pembelajaran PAI adalah mencakup semua akibat yang dapat dijadikan indikator keberhasilan penggunaan metode yang digunakan dalam pembelajaran. Hasil pembelajaran PAI dapat berupa hasil yang nyata dan hasil yang diinginkan. Hasil yang nyata adalah hasil belajar PAI yang dicapai peserta didik secara nyata dengan  digunakannya metode tertentu dalam pembelajaran yang dikembangkan sesuai dengan kondisi tertentu. Sedangkan tujuan yang diinginkan biasanya sering mempengaruhi keputusan perancang pembelajaran PAI dalam melakukan pilihan suatu metode pembelajaran yang paling baik untuk digunakan  sesuai dengan kondisi yang ada.[8]

E.     Penerapan Strategi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam selain berorientasi pada masalah kognitif, tetapi lebih mengedepankan aspek nilai, baik nilai ketuhanan maupun kemanusiaan yang hendak ditumbuh kembangkan ke dalam diri peserta didik sehingga dapat melekat ke dalam dirinya dan menjadi kepribadiannaya. Menurut Noeng Muhajir (1988) seperti dikutip oleh Drs. Muhaimin, M.A. ada beberapa strategi yang bisa digunakan dalam pembelajaran nilai, yaitu:
1.      Strategi Tradisional.
Yaitu pembelajaran nilai dengan jalan memberikan nasehat atau indoktrinasi. Strategi ini dilaksanakan dengan cara memberitahukan secara langsung nilai-nilai mana yang baik dan yang kurang baik. Dengan strategi tersebut guru memiliki peran yang menentukan, sedangkan siswa tinggal menerima kebenaran dan kebaikan yang disampaikan oleh guru. Penerapan Strategi tersebut akan menjadikan peserta didik hanya mengetahui atau menhafaljenis-jenis nilai tertentu dan belum tentu melaksanakannya. Karena itu tekanan strategi ini lebih bersifat kognitif.
2.      Pembelajaran nilai dengan Strategi Bebas yang merupakan kebalikan dari strategi tradisional. Dalam penerapannya guru memberikan kebebasan kepada peserta didik untuk memilih dan menentukan nilai-nilai mana yang akan diambilnya. Dengan demikian peserta didik memiliki kesempatan yang seluas-luasnya untuk memilih dan menentukan nilai pilihannya, dan peran peserta didik dan guru sama-sama terlibat secara aktif. Kelemahan metode ini peserta didik belum tentu mampu memilih nilai mana yang baik atau buruk bagi dirinya sehingga masih sangat diperlukan bimbingan dari pendidik untuk memilih nilai yang terbaik.
3.      Pembelajaran nilai dengan Strategi Reflektif yaitu dengan menggunakan pendekatan teoretik ke pendekatan empirik dengan mengaitkan teori dengan pengalaman. Dalam penerapan strategi ini dituntut adanya konsistensi  dalam penerapan teori dengan pengalaman peserta didik. Strategi ini lebih relevan dengan tuntutan perkembangan berpikir peserta didik dan tujuan pembelajaran nilai untuk menumbuhkan kesadaran rasional terhadap suatu nilai tertentu.
4.      Pembelajaran nilai dengan Strategi trasinternal yaitu membelajarkan nilai dengan melakukan tranformasi nilai, transaksi nilai dan trasinternalisasi. Dalam penerapan strategi ini guru dan peserta didik terlibat dalam komunilasi aktif baik secara verbal maupun batin (kepribadian). Guru berperan sebagai penyaji informasi, pemberi contoh atau teladan, serta sumber nilai yang melekat dalam pribadinya yang direspon oleh peserta didik dan mempolakan dalam kepribadiannya. [9]
Selanjutnya akan penulis sampaikan beberapa metode pembelajaran PAI yang bisa diterapkan dalam pengembangan pembelajaran PAI. Menurut konsep metode pengajaran yang ditawarkan oleh Ibnu Sina berpendapat bahwa penyampaian materi pembelajaran pada anak harus disesuaikan denga sifat dari materi pelajaran tersebut, sehingga antara metode dengan materi yang diajarkan tidak akan kehilangan daya relevansinya. Ada beberapa metode pembelajaran yang ditawarkan oleh Ibnu Sina antara lain adalah metode talqin (Sekarang dikenal dengan metode tutor sebaya), metode demonstrasi, pembiasaan dan teladan, diskusi dan penugasan. [10]
Metode Tutor teman sebaya biasanya digunakan dalam pembelajaran al Qur’an, yaitu dengan cara menugaskan peserta didik yang pintar untuk membimbing teman-temannya yang masih tertinggal.     
Metode Demonstrasi menurut Ibnu Sina, dapat digunakan dalam pembelaran menulis. Menurutnya dengan metode tersebut seorang guru mencontohkan terlebih dahulu tulisan huruf hijaiyah kepada peserta didik dilajutkan denga pengucapan huruf-huruf tersebut kemudian di tirukan oleh peserta didik. Untuk pembelajaran masa sekarang, metode ini bisa diterapkan pada materi pembelajaran yang berorientasi pada ranah psikomotor seperti pembelajaran wudhu atau shalat dan lain-lain.
Metode pembiasaan dan teladan adalah salah satu metode yang paling efektif diterapkan pada pengajaran akhlak dengan dilakukan pembiasaan dan teladan yang disesuaikan dengan perkembangan jiwa peserta didik.
Penerapan metode Diskusi  dilakukan dengan cara penyajian pelajaran yang berupa pengetahuan yang bersifat rasional dan teoritis. Metode ini kemudian berkembang pesat pada sekarang ini.
Untuk metode penugasan dilaksanakan dengan memberikan tugas tertentu pada peserta didik agar dikerjakan diluar jam pelajaran di sekolah yang dimaksudkan agar siswa selalu melakukan kegiatan belajar. 


 
BAB III
KESIMPULAN

                        Dalam proses pembelajaran seorang guru sebagai pengajar harus pandai-pandai dalam mengambil langkah agar proses pembelajaran dapat terlaksana dengan baik dan tercapai tujuan pendidikan. Diantaranya adalah dengan memilih strategi pembelajaran yang tepat. Pada praktiknya tidak ada strategi pembelajaran yang baku yang bisa diterapkan di semua tempat dan semua situasi, tetapi  ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dan dipertimbangkan dalam memilih strategi pembelajaran antara lain yaitu:1) Prinsip-prinsip Pembelajaran yang meliputi prinsip kesiapan peserta didik, motivasi, Prinsip partisipasi peserta didik, prinsip persepsi, dan prinsip retensi. 2) Beberapa kriteria pemilihan strategi pembelajaran yaitu: berorentasi pada tujuan, memlih teknik/metode yang tepat dan penggunaan media pembelajaran yang sesuai.  3) Faktor-faktor yang mempengaruhi pembelajaran, yaitu :  kondisi pembelajaran agama, metode pembelajaran pendidikan agama dan hasil pembelajaran pendidikan agama. Ketiga faktor tersebut saling terkait antara yang satu dengan yang lainnya. 3). Dalam melaksanakan srtategi pembelajaran faktor yang terpenting diantaranya adalah penggunaan metode yang tepat yang disesuakan dengan tujuan pembelajaran agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik.

 


Daftar Pustaka:

DR. Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam, PT Remaja Posdakarya,     Bandung, 2008.

Dr. H Abuddin Nata, MA, Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003

Drs.Muhaimin, MA. et al. Paradigma Pendidikan Islam, PT Remaja Posdakarya, Bandung, Cet. IV, 2008.